Sebagai pihak yang paling sering terlibat dalam perawatan pasien, perawat juga jadi lebih rentan mendapat kekerasan secara fisik maupun verbal dari pasien atau keluarganya. Padahal, sebagian besar kekerasan perawat terjadi karena kesalahan yang bukan merupakan tanggung jawabnya.
Seringkali pasien atau keluarganya meluapkan emosinya kepada perawat terkait masalah kedatangan dokter yang terlambat, pelayanan administrasi yang lamban, atau bahkan menu makanan yang tidak cocok dengan seleranya.
Menurut dr. Marius Widjajarta, Direktur Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia, (Talkshow ROSI, 22/4/21) dari semua laporan yang masuk ke kantornya, kebanyakan kasus kekerasan perawat terjadi karena masalah miskomunikasi, yaitu pesan yang tidak tersampaikan dengan jelas.
Selain menerima kekerasan dari pasien atau keluarga, tidak menutup kemungkinan bahwa perawat juga bisa menerima kekerasan dari dokter atau staf rumah sakit lainnya. Beberapa kasus seperti ini pernah terjadi di Indonesia dan menjadi sorotan pada masanya.