Saat uang saku terbatas, Sri Mulyani juga menunjukkan kreativitas dalam menghemat pengeluaran. Ia belajar untuk mengatur prioritas, seperti memilih tempat makan yang lebih ekonomis, menggunakan transportasi umum, dan mencari solusi hemat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Jadi nggak tahu tiba-tiba habis. Kalau dulu karena kita uangnya fisik, dilihat oh buat naik bemo berapa, makan siang berapa, masih sisa berapa. Jadi konteksnya berubah, tapi hari ini juga Anda bisa investasi ke macam-macam, dulu waktu kami mahasiswa baru diajari trading saham,” ungkapnya lagi.
"Banyak choice-nya yang bisa Anda pilih, yang paling penting Anda tahu karakter dari yang Anda investasikan. Makanya membutuhkan literasi," lanjutnya.
Salah satu hal penting yang dapat diambil dari cerita inspiratif ini adalah pentingnya memiliki rencana anggaran. Meskipun memiliki uang saku terbatas, Sri Mulyani mampu memenuhi kebutuhan harian dan kuliahnya dengan merencanakan pengeluaran. Ini adalah prinsip dasar dalam manajemen keuangan yang dapat diterapkan oleh semua orang, terlepas dari jumlah pendapatan. Jadi, masih ada yang mengeluh soal kurangnya pendapatan?