Semakin kemari, memang lebih banyak pasangan yang menikah dengan orang pilihannya sendiri. Mereka biasanya merasa sudah yakin dan memutuskan menikah setelah pacaran selama beberapa waktu. Entah beberapa bulan atau beberapa tahun.
Meskipun begitu, tak jarang juga lho pasangan yang menikah tanpa melewati proses penjajakan atau pacaran. Entah karena ajaran agama, entah karena dijodohkan orangtua. Jadi, masa pacara justru dilakukan usai mereka menikah.
Buat kalian yang berencana taaruf atau sedang dijodohkan mungkin lagi galau atau penasaran. Sebenarnya, apa sih plus minus menikah tanpa pacaran?
Langsung aja yuk kita lihat jawabannya di bawah ini!
# Sisi Positif dari Menikah Tanpa Pacaran
Meski zamannya sudah berbeda. Tapi menikah tanpa pacaran gak melulu jelek lho! Coba lihat deh sisi positifnya di bawah ini:
1. Kalau kamu menikah karena dijodohkan oleh orangtua. Jangan marah dulu. Bisa jadi orangtuamu memang sudah mempertimbangkan matang-matang, dan menyeleksi dengan begitu objektif mana kandidat yang layak jadi pasangan hidupmu. Apalagi orangtuamu tahu kamu banget.
2. Tak perlu kesulitan cari jodoh sendiri. Semisal kamu memang kesusahan mencari jodoh sendiri, dan ternyata ada calon pilihan orangtuamu. Bisalah kamu terima perjodohan itu. Hehehee. Capek gak sih kalau cari sendiri gak nemu-nemu.
3. Dengan menikah tanpa pacaran ini kamu juga gak perlu buang-buang waktu untuk sakit hati dighosting, atau drama ngambek dan sebagainya. Karena doi udah kamu nikahi juga. Malah enak, pacarannya udah halal.
4. Menikah tanpa pacaran bisa dibilang lebih rasional dan dewasa. Jadi gak ada tuh pernikahan yang cuma ngandelin perasaan tanpa mikir bayar cicilan rumah gimana, dana sekolah anak udah siap belum, dan sebagainya. Soalnya nikah gak cuma butuh cinta ges.
# Sisi Negatif Menikah Tanpa Pacaran
Meski positifnya banyak, sisi negatif menikah tanpa pacaran juga perlu kamu pertimbangkan.
1. Karena kamu belum tahu karakter dan kebiasaannya. Kamu mungkin akan menemukan ketidak cocokan dari awal menikah. Nah, tinggal masalahnya apakah perbedaan atau ketidakcocokan itu sesuatu yang prinsipil, atau bisa dikompromikan?