Petikan surat itu menulis, "Agar bapak presiden melalui perangkat birokrasinya, berkenan membuat dan menetapkan sebuah kebijakan, supaya wilayah adat Baduy tidak lagi dicantumkan sebagai lokasi objek wisata. Dengan kata lain, kami memohon agar pemerintah bisa menghapus wilayah Adat Baduy dari peta wisata Indonesia."
Dikutip dari Liputan6.com, salinan surat itu dikirim oleh Heru Nugroho. Tapi, apa alasannya? Kenapa Lokasi Adat Baduy tak ingin lebih terekspos dari dunia luar lagi?
Para tetua adat Suku Baduy membeberkan alasannya. Mereka tak ingin lagi lebih banyak dokumentasi berupa foto atau video dari orang-orang luar suku tersebut. Terutama di wilayah Baduy Dalam yang banyak beredar luas di masyarakat.
Aplikasi Google Maps juga telah memuat dokumentasi alam Baduy di perkampungan Cikeusik, Cikertawarna, dan Cibeo.
Padahal dalam tatanan hidup masyarakat adat Baduy, terdapat larangan untuk mendokumentasikan dan mempublikasikannya ke dunia luar. Ini udah nggak bisa diganggu-gugat lagi gengs.
Selain itu adalah alasan kebersihan dan kelestarian alam. Ternyata sampah kian menumpuk di dalam perkampungan Suku Baduy seiring derasnya arus wisatawan yang datang ke wilayah mereka.
"Agar bapak Presiden melalui lembaga birokrasinya, mengeluarkan peraturan untuk tidak mengizinkan pihak mana pun di seluruh dunia, membuat dan mempublikasikan citra gambar wilayah Baduy, khususnya Baduy Dalam, dari sudut mana pun, tanpa terkecuali. Terhadap pelanggaran ini, kami usulkan agar dapat dikenakan sanksi yang tegas," tulis lanjutan surat tersebut.