Kecelakaan antara mobil dengan kereta api biasanya terjadi di pintu perlintasan kereta api. Misalnya mobil mogok di perlintasan kereta api secara mendadak. Kadang hal itu ditanggapi beragam, mulai dari kesalahan sopir hingga ada faktor mistis karena pintu perlintasan kereta dianggap angker.
Tapi menurut Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian LIPI (Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia), rel kereta api mengandung emisi elektromagnetik. Artinya ada kabel penghantar arus listik yang terpasang pada rel sehingga kabel tersebut dikatakan tidak kompatibel dengan mesin mobil.
Jarak antara kereta api dengan pintu perlintasan tersebut juga mempengaruhi. Jika jarak semakin dekat makan aliran arus listrik akan mengantarkan medan magnet yang tinggi. Maka medan magnet yang membuat putaran mesin mobil tiba-tiba mati atau mogok saat melintas di atas rel kereta api.
Dilansir dari situs Daihatsu, PT KAI menjabarkan bahwa mobil yang sering mogok saat lewat perlintasan kereta api disebabkan medan magnet yang diantarkan dinamo lokomotif ke rel kereta api bahkan dalam radius 1 kilometer. Makanya sebelum kereta sampai, petugas perlintasan kereta sudah menutup pintu.
Kendaraan yang mengalami mogok di perlintasan kereta api, awalnya berjalan dengan kecepatan rendah. Saat pengemudi tidak memindahkan gigi mesin ke putaran yang rendah, maka putaran mesin dinamo dan koil bisa mati mendadak akibat medan magnet dari lokomotif.
Selain karena faktor teknis, ternyata masalah psikologis juga bisa jadi pengaruh. Misalnya ketika lewat tiba-tiba bunyi sirene dan pintu perlintasan ditutup, sehingga pengendara menjadi panik, histeris, dan ketakutan. Kondisi ini semakin memperburuk keadaan sehingga mobil jadi mendadak mati dan sulit dinyalakan.