Kebayang nggak tuh hari kiamat kayak gimana? Ngeri nggak sih kalo alam semesta ini hancur berkeping-keping?
Ya, emang ngeri, tapi apa sih yang membuatnya jadi hancur berkeping-keping? Atau bagaiaman wujud terakhir alam semesta sebelum berakhir? Para ahli telah lama sekali memikirkan hal ini. Contohnya dua astrofisikawan yang memprediksi bahwa kiamat akan terjadi dengan cara yang sama ketika alam semesta dibentuk.
Ledakan!
Meski begitu, potensi kehancuran alam semesta masih terjadi pada 30 hingga 40 miliar tahun lagi. Namun, kedua ahli itu membuat model skenario hari kiamat dalam sebuah studi terbarunya yang dimuat dalam jurnal Physical Review D.
Dua ahli yang terlibat dalam studi ini adalah Sergey Odintsov dan Vasilis Oikonomou. Penelitian mereka dimulai dengan membuat model singularitas. Sebuah lokasi di semesta ini disebut memiliki kerapatan materi terbatas, dan tidak memiliki konsep ruang dan waktu.
Temuan itu menyebut bahwa alam semesta akan berakhir dengan munculnya Big Bang kedua suatu hari nanti. Akan tetapi, mereka tidak mengetahui apa yang terjadi di luar singularitas tersebut. Gantinya, mereka memprediksi, kehidupan ini sudah berakhir sebelum hal itu terjadi.
Para ilmuwan juga telah mengungkap bencana universal sejak penemuan Big Bang puluhan juta tahun lalu. Eksplorasi teori Big Rip sebelumnya telah dilakukan oleh Odintsov. Teori itu menyebut alam semesta berkembang dengan tingkat yang dipercepat. Akhirnya, semesta rusak dan semuanya hancur.
Maret lalu, sebuah tim dari Harvard menjelaskan bahwa alam semesta akan meledak. Tim Harvard memperkirakan, alam semesta akan sirna dalam sekian triliun tahun lagi. Mereka memperkirakan bahwa terdapat lubang hitam supermasif yang tersembunyi dan itu menggganggu medan Higgs serta sistem ruang dan waktu.
Kemungkinan lain, alam semesta ini akan terus berkembang. Namun, suatu waktu akan menyusut karena materi menurutn seiring waktu dan gravitasi yang menarik benda-benda langit ke dalam fenomena Big Crunch.
Prediksi lain menyebutkan, alam semesta akan punah karena pembekuan raksasa. Panas alam semesta ini akan terdistribusi secara merata. Dalam kondisi itu, tak ada lagi ruang bagi energi yang dapat digunakan untuk pembentukan bintang. Kematian bintang-bintang tua dan ketiadaan bintang baru membuat alam semesta akan dingin dan mati kemudian.