Penelitian terbaru Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PJKS-UI) menemukan kepala keluarga atau suami yang merokok menyebabkan keluarga tidak bahagia.
Hal ini menjadi bukti bahwa merokok tak hanya mengganggu kesehatan fisik, tapi juga psikologis anggota keluarga serta keharmonisan hubungan keluarga.
Fakta ini diungkap oleh seorang peneliti PJKS-UI, Irfani Fithria Ummul Muzayannah, Ph.D yang mengatakan bahwa perilaku merokok dapat mengganggu kesejahteraan keluarga.
Dari hasil penelitiannya, ditemukan 65 persen responden yang merasa tidak bahagia dengan kebiasaan suaminya yang merokok. Salah satu alasannya adalah karena khawatir jika anak jadi meniru kebiasaan tersebut,
"Sebesar 89 persen juga ingin suaminya berhenti merokok, yang didorong rasa keberatan jika anak-anaknya akan mengikuti kebiasaan merokok suaminya," ujar Irfani, berdasarkan keterangan pers yang diterima suara.com, Selasa (21/9/2021).