Pergolakan pada masa-masa akhir pemerintahan Sukarno tidak hanya menyebabkan ambruknya ekonomi Indonesia. Juga tidak stabilnya kondisi politik saat itu.
Pasca peristiwa G30/SPKI akhirnya Sukarno lengser dan digantikan oleh Soeharto. Namun era Orde baru ternyata tidak secerah apa yang diharapkan. Banyak kritikan yang masuk untuk pemerintahan Soeharto, terutama dari mahasiswa.
Peristiwa Malari
Peristiwa Malari bentrok mahasiswa dan pemerintah (wikipedia.org)
Kritik ini bahkan sudah ada sejak tahun pertama Orde Baru. Strategi militer yang diterapkan Soeharto masih banyak mengundang kontroversi dari rakyat. Hingga terjadinya peristwa Malari.
Soeharto dianggap belum mampu menangani Partai Komunis Indonesia dan gejolak perlawanan semakin keras ketika banyak investasi dari pihak asing. Saat itu banyak sekali investasi dari Jepang masuk ke Indonesia.
Peristwa Malari merupakan singkatan dari malapetaka 15 Januari. Peristiwa Malari disebut malapetaka karena banyak aksi unjuk rasa yang rusuh dan menimbulkan banyak korban.
Peristiwa Malari pada 15 Januari 1974, mahasiswa turun ke jalan untuk menentang agenda investasi besar-besaran Jepang di Indonesia. Demonstrasi besar ini dilakukan juga bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka di Ibu Kota.
Aksi penolakan ini tidak berjalan damai. Saat peristiwa Malari terjadi kerusuhan di sejumlah titik di Jakarta, terutama Pasar Senen. Pemerintah Orde Baru menganggap mahasiswa merupakan awal dari kekerasan dan kerusuhan. Dalam peristiwa Malari sejumlah aktivis mahasiswa dengan dalih menjadi dalang Peristiwa Malari.
Saat peristiwa Malari juga terjadi penjarahan toko-toko dan banyak aksi kekerasan. Beberapa mahasiswa lain yang menyandang bendera Merah Putih bersama Jenderal Soemitro turun ke jalan.