Umat manusia pernah dipimpin oleh raja-raja sangat tidak kompeten. Mereka memberikan pelajaran penting kepada kita bahwa meski mereka adalah seorang raja atau bangsawan, bukan berarti mereka pantas untuk memimpin kita.
Nah, artikel ini akan membahas tujuh keputusan terbodoh sepanjang sejarah, dimana sebagian besar dilakukan oleh para bangsawan. Berikut daftarnya:
1. Pencarian Kaisar Qín Shi Huáng akan keabadian justru membunuhnya
Wajar bila seseorang takut akan kematian, khususnya para raja. Beberapa di antaranya bahkan berusaha untuk mencapai keabadian yang hakiki. Salah satunya adalah kaisar pertama Tiongkok, Qín Shi Huáng atau Shi Huang Di.
Ia berhasil menyatukan keenam negara yang sedang berperang di Tiongkok, lalu menjadi kaisar pada 221 SM. Setelahnya, ia mencoba untuk menipu dewa kematian selama 10 tahun terakhir hidupnya. Beberapa bukti arkeologis, seperti dikutip dari Ancient Origins, mendokumentasikan pencariannya akan keabadian tersebut.
Pada saat itu, Huang Di mengirim setiap ahli pengobatan dan ahli kimia yang dimilikinya ke seluruh penjuru Tiongkok untuk mendapatkan ramuan keabadian. Ia mencoba hampir semua tumbuhan dan bahan-bahan beracun, dimana salah satunya mungkin cinnabar. Para sejarawan modern percaya kalau cinnabar telah menjadi penyebab kematiannya pada usia 49 tahun.
2. Pembuatan "Istana Emas" yang berujung pada kematian Nero
Beberapa sejarawan melihat Nero, Kaisar Romawi ke-5 dan terakhir dari dinasti Julio-Claudian sebagai seorang narsis yang selalu menganggap dirinya sebagai seorang seniman hebat. Pada 64 M, api besar membakar Roma dan menghancurkan sebagian besar kota. Setelah api mulai padam, ada desas-desus yang menyebut kalau Nerolah yang membakar kota itu. Hal yang lebih buruk justru terjadi setelahnya.
Bukannya mencurahkan sumber daya kerajaan untuk membangun kembali Roma, Nero justru menggunakan kesempatan itu untuk membangun istana baru yang disebut Domus Aurea atau "Istana Emas." Bangunan ini adalah bagian dari rencana Nero untuk mengubah Roma menjadi kota bergaya Yunani seperti Alexandria, yang disebutnya "Neropolis."
Menurut World History Encyclopedia, istana ini memiliki kubah emas yang sangat besar dan kolom setinggi 100 kaki dengan patung Nero di atasnya. Istana ini memiliki sekitar 300 ruangan, yang semuanya dimaksudkan untuk berpesta saja. Para arkeolog tidak menemukan kamar tidur, dapur, atau kakus di dalamnya.
Proyek ini sangat mahal, sampai Nero harus mendevaluasi mata uang Romawi. Akhirnya, para senat dan Garda Praetoria berbalik melawannya, lalu menunjuknya sebagai musuh rakyat. Alih-alih menghadapi eksekusi secara jantan, Nero justru bunuh diri. Menurut Suetonius, kata-kata terakhirnya adalah, "Betapa hebat seniman yang mati dalam diriku!"
3. Drevlian membunuh suami St. Olga, lalu mendapat pembalasan setelahnya
Drevlian adalah suku yang menghuni Ukraina dari abad ke-6. Pada abad ke-10, mereka menjadi negara bagian Rus Kiev, sebuah kerajaan Viking yang mencakup sebagian Ukraina, Belarusia, dan Rusia modern. Ada sebuah peristiwa penting yang terjadi pada masa ini, yang benar-benar akan mengubah jalannya sejarah di Eropa Timur.
Semua dimulai ketika Igor dari Kiev tiba di ibu kota Drevlian, Iskorsten, untuk menuntut upeti. Para Drevlian merasa kalau permintaannya terlalu tinggi, jadi mereka pun mengeksekusinya (atau membelah tubuhnya menjadi dua, menurut beberapa sumber). Selanjutnya, mereka berharap untuk menikahkan janda Igor, Olga, dengan pangeran mereka, Mal.
Mereka tidak tahu kalau Olga ingin membalaskan dendam suaminya. Ketika delegasi perkawinan tiba, Olga langsung mengubur mereka hidup-hidup. Dia bahkan mengikat sekelompok pejabat Drevlian ke dalam pemandian lalu membakarnya.
Dalam sebuah peristiwa yang mirip seperti "Red Wedding," dia mengadakan jamuan makan untuk tentara Drevlian, membuat mereka mabuk, lalu membunuh sekitar 5.000 Drevlian. Olga pun memimpin pasukan penakluk ke Iskorsten, di mana penduduk yang kelaparan tidak punya upeti untuk membayarnya. Dia pun membakar kota itu.
Dua belas tahun kemudian, Olga membuat kesepakatan dengan kaisar Romawi Timur (Bizantium) untuk membaptis warganya menjadi Kristen. Lima abad kemudian, terlepas dari perbuatan brutalnya, Gereja Katolik mengkanonisasi Olga sebagai sosok yang "setara dengan rasul." Hanya lima wanita yang dihormati dengan cara ini.
4. Raja John memulai perang dengan Prancis, kalah karena cinta, dan dipaksa menandatangani Magna Carta