Kisah Yuda, Anak Punk Wajah Penuh Tato Sekarang Hafal 24 Jus dan Pengen Berdakwah

Kisah Yuda, Anak Punk Wajah Penuh Tato Sekarang Hafal 24 Jus dan Pengen Berdakwah
Kabur dari pondok pesantren (alhamid.id)

Tapi karena gak betah, Yuda memutuskan unuk kabur dari pesantren dan menjalani hidup sesuai keinginan sendiri. Yuda sempat dicari ayahnya dan dikembalikan ke pesantren. Tapi tetep aja dia gak betah dan dipulangkan.

Setelah dua hari tinggal di rumah, dia memutuskan pergi dan jadi anak punk. Hidup di jalanan mencari jati diri dan menemukan apa yang sesungguhnya pengen dia lakukan.

"Dulu saya pernah kabur dari pesantren. Memilih hidup di jalan. Nyari teman ke Semarang, lalu ke Jakarta. Terus jalan ke Merauke, Bali, dan Aceh," jelas Yuda dikutip dari Kompas.com.

Ilustrasi anak punk (monstrechildren.com)

Yuda hidup dengan menjual kaos sablon di acara komunitas dan ngamen. Dia juga pernah mau jadi tukang sablon hingga ke Bali.  

"Datang ke acara-acara cari teman buat silaturahmi. Jualan kaus buat hidup dan ngamen di jalan," ucapnya.

Awalnya tato di bagian wajah Yuda dimaksudkan supaya dia bisa tegar dan kuat.

"Sejak lulus SD sekitar umur 12 tahun, pertama kali di tato di bagian wajah, gambar air mata di dekat mata kanan dan kiri. Artinya, biar enggak cengeng dan tambah kuat. Awalnya enggak boleh, tapi saya bandel," ujarnya.

Lalu seiring waktu tato di tubuhnya terus bertambah. Banyak tato merupakan kenang-kenangan dari temannya saat berkunjung ke berbagai daerah.

"Ada gambar mata Dajjal di panggung, gambar Bunda Maria di lengan kiri, gambar muka setan di telapak tangan kiri, dan gambar Joker di lengan kanan. Lalu gambar bio mekanik di wajah. Kalau keluar kota dapat kenang-kenangan tato dari teman," ujarnya.

Setelah bertahun-tahun hidup mengembara, di bulan Ramadhan tahun lalu Yuda merenungi hidupnya. Dia merasa terpanggil dan terketuk hati untuk hijrah.

"Saya renungkan dan telepon Om saya, saya mau hijrah kembali ke jalan yang benar. Walau keluarga belum menerima semua, tapi saya usaha," katanya

Proses hijrah yang dia alami gak mudah. Karena kerap dipandang sebelah mata dan dianggap udah melenceng. Yuda tinggal di Semarang dan belajar agama lagi.

"Saya tidak menyesal dan tak ada niat menghapus. Biar tahu zaman jahiliyah kita. Jadi kita tahu sudah kembali ke jalan yang benar. Nanti biar nanti di akhirat saja yang tahu itu salah dan benar," ungkapnya.

"Pandangan pertama orang-orang di masjid mereka tadinya pada takut. Pas waktu shalat banyak dilihatin orang. Mereka pada bingung. Tapi, yang penting saya sudah niat dan berusaha. Akhirnya sekitar sebulan mereka sudah mulai terbiasa dan menerima," tuturnya.

Meski sempat dianggap aneh, Yuda tetap memperdalam ilmu agama dan menghafal Al Quran yang dulu sudah 24 juz, menemui ulama-ulama, dan mempelajari lagi ilmu dakwah.

Dari pertemuannya dengan ulama di Jawa Barat, Yuda diberi nama Sa'ad Al-Maliki yang diambil dari nama salah satu sahabat Rasullullah.

"Nama sahabat Rasulullah, Sa'ad. Tidak terkenal di bumi, tapi terkenal di langit," katanya.

Keinginan Yuda selain jadi pendakwah adalah bertemu dengan ibunya yang udah cerai dengan ayah. Smeoga bisa bertemu ya gengs, mari kita doakan.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"