Tidak hanya nama, Mulyono juga mengubah penampilan. Hendro Subroto dalam Sintong Pandjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009) menuliskan, ia juga mengubah penampilan dengan berambut gondrong dan berkumis tebal.
Sejak dikenal luas dia juga mendirikan padepokan dengan banyak pengikut. Dia mendukung berdirinya PKI tanggal 3 Maret 1967. Menurut Soegiarso Soerojo dalam Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai (1988), beberapa pengikut Mbah Suro juga ada yang berasal dari ABRI.
Dia juga membentuk pasukan bernama Banteng Wulung dan Banteng Sarinah. Pasukan ini gak bisa dianggap enteng karena punya senjata. Ada beberapa pucuk pistol, granat tangan, pedang, dan kentes. Sampai pemerintah merasa pasukan ini adalah ancaman.
Akhirnya untuk melenyapkan Mbah Suro, pemerintah menugaskan RPKAD yang dibantu oleh beberapa satuan ABRI bersenjata lengkap pada tanggal 5 Maret 1967. Dalam operasi tersebut, pasukan baret merah kehilangan tiga prajuritnya dan dua orang luka berat.
Pertarungan sengit itu berhasil menumpas Mbah Suro dan pengikutnya. Mbah Suro sendiri meti ditembak saat itu.