Kisah Ilmuwan yang Dibakar Hidup-hidup karena Sampaikan Pengetahuan Modern di Eropa saat Masih Diselimuti Kegelapan

Kisah Ilmuwan yang Dibakar Hidup-hidup karena Sampaikan Pengetahuan Modern di Eropa saat Masih Diselimuti Kegelapan

Italia menjadi salah satu negara yang unggul dalam berbagai bidang di Eropa dan dunia. Agama dan budaya Eropa pun berkembang dari negara itu sejak lama.

Seiring peradabannya yang cukup tua, Italia pun menyimpan banyak kisah dari tokoh-tokoh sejarah terkenal. Salah satunya adalah kisah dari ilmuwan yang patungnya berdiri di Campo de' Fiori, Roma.

Patung itu mata kepala tokoh itu yang tampak menatap tajam ke arah Kota Vatikan di seberangnya. Siapakah sosok misterius di balik patung itu?

Patung ilmuwan abad pertengahan Italia, Giordano Bruno (patheos.com)

Sosok di balik patung legendaris itu adalah Giordano Bruno. Dia adalah filosof dan ilmuwan Italia di abad pertengahan silam. Bruno mendapat penentangan dari Eropa konservatif di masa silam hingga hidupnya berakhir tragis.

Giordano Bruno dibakar hidup-hidup setelah menyampaikan pengetahuan kala itu. Dia dieksekusi oleh pasukan yang dikenal sebagai 'The Inquisition'. Pasukan ini dibentuk secara khusus oleh Gereja Katholik untuk menghukum dan menghapus segala praktik 'klenik' yang tidak sesuai dengan ketentuan Gereja Katholik.

The Inquisition menyebar ke seluruh Eropa sejak abad ke-12. Pasukan ini pun tetap beroperasi hingga berabad-abad kemudian. Mereka terkenal akan kekejamannya saat menyiksa. Mereka juga tak segan-segan membunuh kaum Muslim dan Yahudi di Eropa.

Bruno dibakar hidup-hidup pada tahun 1600 silam. Dia dituduh menyebarkan 'klenik' lewat buku miliknya. Padahal, buku itu berisi teori heliosentris yang diperkenalkan oleh Nikolaus Copernicus.

Sebagai ilmuwan, Giordano Bruno juga memiliki teori bahwa alam semesta itu tidak terhingga. Alam semesta juga mengandung berbagai macam dunia lain.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"