Devi Septrianingsih, seorang hijabers inspiratif kelahiran 28 September 1991, membuktikan bahwa ketekunan, keberanian, dan kegigihan dapat membawa seseorang pada kesuksesan.
Berawal dari keluarga sederhana, Devi terbiasa mandiri dan berjuang sejak muda. Ia memulai perjalanan bisnisnya dari nol, tanpa rasa gengsi mencoba berbagai peluang yang ada. Dari menjual cupcake, pulsa, hingga produk fashion sederhana seperti tanktop dan baju lengan pendek, Devi terus mencari jalan untuk berkembang.
Saat memutuskan berhijrah dan mengenakan hijab, ia beralih menjual hijab melalui sistem pre-order dari Tanah Abang. Awalnya dipasarkan lewat Twitter, BlackBerry Messenger, hingga Instagram, bisnis ini kemudian berkembang menjadi brand Deav Hijab setelah melalui proses rebranding.
Seiring berjalannya waktu, Devi mulai memikirkan cara untuk memperluas pasar dengan produk yang berbeda dari Deav Hijab. Ia melihat peluang pada segmen busana tidur, daster, dan piyama, terutama yang busui-friendly.
Pada tahun 2021, di tengah masa pandemi, lahirlah brand Koncoturu. Bermodalkan subsidi dari keuntungan Deav Hijab, ia memulai dengan stok 100 potong per bulan yang langsung habis hanya dalam beberapa menit setelah dibuka pemesanan. Awalnya menggunakan sistem pre-order, kini Koncoturu sudah menyediakan stok ready stock secara rutin.
Produk-produknya dibanderol mulai Rp95 ribu untuk daster dan Rp195 ribu untuk piyama, dengan ciri khas desain manis, motif yang sudah terfilter, serta tambahan lace atau resleting berkualitas yang memudahkan ibu menyusui.
Perjalanan Koncoturu tidak lepas dari perhitungan matang. Devi tidak memproduksi banyak model sekaligus, hanya 6–7 produk sejak awal berdiri, namun semuanya menjadi best seller karena fokus pada kualitas dan kebutuhan pasar. Ia membeli kain dari berbagai pusat kain lokal seperti Pasar Cipadu, Tanah Abang, dan Bandung, memastikan motif yang dipilih tidak berlebihan namun tetap menarik.
Dari awal hanya dikerjakan oleh dua orang, kini Koncoturu telah berkembang dengan enam karyawan kantor, sembilan penjahit tetap, serta sejumlah pekerja lepas. Pencapaian ini membuat omzet bulanannya mencapai Rp250 juta, menjadi sumber pemasukan yang stabil di luar musim puncak Deav Hijab.
Meski pasar busana tidur di Indonesia penuh persaingan dengan banyak produk murah meriah, Devi tidak khawatir. Baginya, kualitas adalah pembeda utama. Koncoturu selalu menjaga detail, mulai dari pemilihan kain, tambahan lace, hingga desain busui-friendly, sehingga pelanggan merasa puas dan kembali berbelanja.
Konsistensi inilah yang membuat mereknya bertahan dan terus berkembang. Perjalanan Devi Septrianingsih menjadi bukti bahwa keberhasilan bukanlah hasil instan, melainkan akumulasi dari keberanian mencoba, adaptasi terhadap perubahan, dan komitmen menjaga kualitas di setiap produk.