Kata 'bule' sendiri adalah bahasa slang dari kata 'bulai'. Dalam KBBI, 'bulai' adalah orang yang kekurangan pigmen dan memiliki kulit putih atau albino.
Sebenernya, kata ini telah digunakan orang-orang Indonesia. Terutama ketika memanggil orang asing seperti para penjajah asal Eropa yang datang ke Nusantara dulu. Mereka disebut 'kumpeni' atau 'londo'.
'Kompeni' sendiri adalah sebutan simpel untuk kata 'compagnie', panggilan untuk VOC (Vereeinigde Oost-Indische Compagnie).
Sementara 'londo' merujuk pada orang-orang Eropa yang dilafalkan dalam bahasa Jawa.
Nah, kalo istilah bule sendiri pertama kali digunakan dalam sebuah buku karya W. le Febre berjudul "Taman Siswa" yang diterbitkan oleh Balai Buku Indonesia tahun 1952 silam.
Istilah itu kemudian dipopulerkan tahun 1960-an oleh seorang peneliti politik Indonesia Benedict Anderson. Kecintaan Anderson pada Indonesia membuatnya menggunakan kata 'bule' sebagai pengganti kata 'tuan' atau 'mister'.
Istilah bule yang digunakan Anderson pun dianggap bisa membuat hubungan jadi lebih cair. Lebih cepet akrab gitu, ketimbang menggunakan kata tuan atau mister.
Dalam hal ini, kata 'tuan' memang lebih sering digunakan oleh bangsa bekas jajahan untuk memanggil orang-orang berkulit putih.
Kata ini juga dianggap mirip dengan istilah di negara bekas jajahan lainnya. Misalnya 'Gwai Loh' di Hong Kong; 'Ang Mo' di Singapura; 'Mat Salleh' di Malaysia; atau 'Farang' di Thailand.
Di lain pihak, kata-kata itu juga dianggap sebagai sebutan rasis dan menyudutkan bagi sebagian orang. Makanya, kalian juga jangan sembarangan menggunakannya.