Sang profesor mengatakan bahwa film itu tak didukung sumber sejarah yang tepat. Terutama soal hubungan Nusantara dengan Turki Usmani atau kekhalifahan Ottoman.
"Film Jejak Khilafah ini dibuat tanpa punya pijakan kearsipan sejarah. Ini semacam khayalan," kata Prof. Peter Carey.
Profesor yang juga sejarawan ini juga menegaskan bahwa dirinya merasa keberatan. Sebab, tim produksi film Jejak Khilafah di Nusantara ini mencatut namanya tanpa izin dalam tayangan tersebut.
Keresana itu kemudian dimuat dalam keterangan tertulis yang dibagikan seorang asisten Cardiff Professor dan Oxford Professor bernama Christopher Reinhart di akun Twitter-nya @reireinhart.
Meski telah diblokir pemerintah, film "Jejak Khilafah di Nusantara" tetep masih bisa ditonton kok di YouTube. Soalnya film ini kembali diunggah ulang oleh sejumlah akun YouTube di kanal pribadi.
Pemblokiran film "Jejak Khilafah di Nusantara" ini juga dipertanyakan oleh beberapa tokoh. Salah satu di antaranya adalah Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain atau Ustaz Tengku Zul.
Ustaz Tengku Zul pun membuat cuitan berisi pertanyaan tentang apa alasan pemblokiran film terebut. Cuitan itu ditujukan pula kepada Presiden Joko Widodo.