Di kondisinya itu, tak sedikit tetangga memberikan bantuan agar Fajri bisa beraktivitas sehari-hari.
"Tetangga sebelah kiri-kanan selalu bantu-bantu untuk makan, listrik token. Dia kan susah buat mencet, ibunya juga nggak bisa karena dalam kondisi tertatih, jadi kadang saya bantuin mencet (token)," ucapnya.
Barulah setelah dibujuk banyak warga dan RT, Fajri memutuskan untuk berobat ke rumah sakit.
"Diajak pertama kali sama RT, dinkes, dan puskesmas tapi dia nggak mau karena malu atau gimana. Terus dua minggu kemudian baru ada keputusan, mungkin karena udah merasa kesakitan. Kadang tengah malam saya dengar dia suka nangis sampai jam tiga pagi," pungkasnya.