Fakta keempat
Kongres Pemuda ke-2 dijaga ketat oleh Belanda (id.wikipedia.org)
Kongres Pemuda II mengikrarkan rumusan Sumpah Pemuda yang menyatakan agar muda-mudi Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Namun sayang, selama kongres itu berlangsung, penggunaan bahasa Belanda jauh lebih dominan.
Siti Soendari misalnya, salah seorang pemudi yang mengikuti kongres tersebut, sempat menyampaikan pidatonya dalam kongres. Tentunya dalam bahasa Belanda. Entah karena terbiasa atau demi kelancaran acara.
Demikian halnya dengan para notulen rapat yang diketahui mencatat gelaran Kongres Pemuda II dalam bahasa Belanda. Meski begitu, ada juga sih peserta kongres yang mahir berbahasa Melayu. Dia adalah sang perumus ikrar Sumpah Pemuda, Moehammad Yamin.
Fakta kelima
Diorama Kongres Sumpah Pemuda ke-2 (ekonomi.kompas.com)
Kongres Pemuda II memang berjalan lancar, namun bukan berarti tanpa halangan. Terselenggaranya kongres tersebut mendapat pengawasan ketat dari pihak keamanan Belanda yang juga menguasai bahasa Indonesia atau Melayu saat itu.
Penjagaan ketat dari kepolisian kolonial Belanda memberikan sejumlah syarat. Di antaranya adalah melarang keras keras mengucapkan sebuah kata: "Merdeka!"
Tapi mungkin Kongres yang dihadiri ratusan pemuda dan pemudi Indonesia itu mampu menyiasatinya. Semua tercermin dari ikrar Sumpah Pemuda demi menyatukan bangsa Indonesia. Dalam ikrar itu, tak ada kata 'merdeka' satupun di dalamnya.
Meski begitu, maknanya tetap sama. Dan fakta ini turut memperjelas bahwa pengorbanan para muda-mudi di kala itu untuk bersatu demi Indonesia yang merdeka.
Nah, generasi muda jaman sekarang gak bisa abai lagi soal ini. Sumpah Pemuda adalah salah satu peristiwa bersejarah yang turut menyatukan Indonesia.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2018 ini patutlah dijadikan sebagai motivasi besar muda-mudi Tanah Air untuk terus berkarya dan memajukan bangsa. Gitu ya gengs. Selamat Hari Sumpah Pemuda.