Cerita Rakyat Lutung Kasarung dan Putri Purbasari

Cerita Rakyat Lutung Kasarung dan Putri Purbasari

Lutung Kasarung artinya adalah Lutung yang tersesat. Kisah yang menjadi legenda masyarakat Sunda. Tentang cerita Sanghyang Guruminda dari Kahyangan yang diturunkan ke Buana Panca Tengah (Bumi) dalam wujud seekor lutung yang buruk rupa. Tahun 1921, cerita Lutung Kasarung diangkat ke dalam gending karesmen. Berupa drama yang diiringi musik, oleh R.A. Wiranatakusumah, Bupati Bandung.

Dahulu kala di daerah Jawa Barat hidup seorang Raja yang memerintah dengan arif dan bijaksana. Raja dan permaisuri memiliki tujuh orang putri yang cantik jelita.  Para putri raja tersebut adalah Purbararang, Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik, dan Purbasari. 

Selama Prabu Tapa Agung menjadi Raja, rakyat hidup dengan makmur dan bahagia. Tapi kini usia Raja sudah semakin tua. Ia merasa tidak sanggup lagi meneruskan tahta. Kerajaan harus memiliki pemimpin yang baru. Masalah ini membuat Raja menjadi bingung. Seharusnya putri pertama Purbararang yang menjadi Ratu berdasarkan adat istiadat. Tapi Raja sangat paham dengan tabiat buruknya. Raja justru menginginkan Purbasari yang menggantikannya.

Putri Purbasari diasingkan ke hutan (photography.martinsoler.com)

Kabar ini terdengar oleh Purbararang. Cerita rakyat Lutung Kasarung ini dimulai.

“Ayahandaku ternyata telah pilih kasih. Beliau lebih memilih Purbasari untuk menjadi ratu, padahal Dinda adalah putri tertua,” lapor Putri Purbararang .

Mendengar kabar tersebut, tunangan Putri Purbararang, Raden Indrajaya juga langsung naik pitam.

Mereka berdua menyusun rencana jahat untuk menyingkirkan Purbasari. Keduanya menemui Ni Ronde, seorang dukun yang terkenal sangat sakti. Mereka akan meminta bantuan dukun itu agar menyihir Putri Purbasari.

Tiba-tiba Putri Purbasari terserang penyakit aneh. Seluruh tubuhnya terasa sangat gatal dan dipenuhi bintik-bintik hitam. Betapa terkejutnya sang Prabu melihat keadaan putri kesayangannya itu. Tidak seorang tabib pun yang tahu apa obatnya.

Memanfaatkan keadaan tersebut Purbararang menemui Raja.

“Ayah, para leluhur telah murka dan mengutuk Putri Purbasari. Karena tidak menuruti adat-istiadat. Jangan-jangan sebentar lagi kerajaan ini juga terkena kutukan!” kata Purbararang kepada ayahnya.

Mendengar hal itu, dengan berat hati akhirnya Raja meminta Putri Purbasari diasingkan ke dalam hutan. Putri Purbasari pun menyadari keadaannya dan menerima keputusan itu dengan lapang dada. Ia berangkat ke hutan bersama Uwak Batara Lengser, patih kerajaan. Setelah dibuatkan rumah di hutan Purbasari ditinggal sendirian.

Putri Purbasari hidup di hutan dan berteman dengan hewan-hewan yang ada di sana. Ia dan hewan-hewan itu sering bermain bersama dan mencari makanan bersama.

Suatu hari saat Putri sedang besama dengan hewan-hewan tiba-tiba ada sepasang mata yang sedang memerhatikannya tanpa disadarinya. Rupanya, dia adalah seekor lutung (sejenis kera berbulu hitam). Beberapa saat kemudian, lutung itu menghampirinya. Alangkah terkejutnya sang Putri ketika melihat lutung yang berwajah seram itu tiba-tiba berdiri di depannya. Kejadian ini terus diceritakan pada cerita rakyat Lutung Kasarung.

Putri Purbasari terkejut dan takut dengan kehadiran sosok itu. Tiba-tiba lutung itu berbicara kepada sang Putri.

“Jangan takut, Tuan Putri! Aku tidak akan mengganggumu,” jawab Lutung itu.

Putri Purbasari pun tersentak kaget, karena lutung itu dapat berbicara seperti manusia. Ia lalu menanyakan siapa gerangan Lutung itu.

“Aku Guruminda, putra Sunan Ambu dari Kahyangan. Aku telah melakukan kesalahan, sehingga dibuang ke bumi dengan bentuk seperti ini,” jelas si Lutung.

Merasa senasib, sama-sama terbuang, keduanya menjadi teman. Sang Putri memanggil Lutung itu dengan sebutan Lutung Kasarung. 

Lutung Kasarung semedi dan terciptalah telaga (7-themes.com)

Secara diam-diam Lutung Kasarung pergi ke suatu tempat yang sangat sepi untuk bersemedi. Dia memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar menyembuhkan penyakit Putri Purbasari. Beberapa saat kemudian tanah di sekitarnya berubah menjadi sebuah telaga kecil.

Begitu matahari pagi telah muncul ia segera menemui Putri Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga itu. Meskipun awalnya ragu, Putri Purbasari menceburkan diri ke dalam telaga itu. Tak lama setelah berendam di telaga itu, seluruh bintik-bintik hitam di kulitnya langsung hilang tanpa meninggalkan bekas sedikit pun. Kulitnya kembali bersih, halus dan menjadi cantik seperti semula.

“Terima kasih, Tung! Engkau telah menyembuhkan penyakitku,” ucap Putri Purbasari dengan perasaan gembira.

Sejak itu, Putri Purbasari semakin senang dan sayang kepada si Lutung Kasarung. Ia pun semakin betah tinggal bersamanya di hutan itu dan hewan-hewan lainnya. Namun dia terpaksa harus kembali ke istana atas permintaan Raja.

Tidak mau posisinya sebagai calon ratu diambil, Purbararang membuat perlombaan. Ia menantang Putri Purbasari untuk adu memasak dan panjang rambut. Dibantu oleh Lutung Kasarung, Putri Purbasari akhirnya memenangkan semua pertandingan.

Namun, Purbararang tidak kehabisan akal. Ia kembali membujuk ayahandanya agar diadakan satu perlombaan lagi, yaitu lomba ketampanan calon suami atau tunangan masing-masing.

“Jika Purbasari masih mampu mengalahkanku dalam perlombaan ini, maka aku akan menerima kekalahan ini dan bersedia untuk dipancung,” kata Purbararang di hadapan para hadirin.

Semua rakyat Kerajaan Pasir Batang setuju bahwa Indrajaya adalah laki-laki paling tampan dan gagah di negeri itu. Bahkan Raja juga setuju dengan hal itu.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"