Brunei Darussalam menjadi negara kaya di Asia Tenggara. Meskipun jumlah penduduk dan luas wilayahnya kalah dari Indonesia, tetapi negara ini disebut sebagai Negara Petro Dollar karena pendapatan tinggi dalam mata uang dolar AS. Tapi Brunei negara yang unik karena disana tidak ada gedung pencakar langit.
Sumber utama kekayaan Brunei adalah dari sumber daya alam yang melimpah. Brunei punya cadangan minyak bumi dan gas alam. Bahkan Indeks Pembangunan Manusia atau IPM Brunei berada di urutan ke-2 setelah Singapura. Majlah Forbes juga menempatkan Brunei sebagai negara terkaya ke-5 di dunia.
Kehidupan perekonomian masyarakat Brunei sangat maju. Bahkan mereka hidup dengan makmur. Kehidupan warga Brunei juga mendapat sokongan dari Sultan Brunei, Sultan Hassanal Bolkiah yang banyak turut serta menyejahterakan warganya. Penduduk Brunei tak sampai 500.000 orang tetapi penghasilan dalam setahun bisa menembus Rp 445 juta atau rata-rata Rp lebih dari 35 juta tiap bulan.
Sebagai negara kaya raya, justru Brunei Darussalam tidak memiliki gedung pencakar langit seperti negara-negara maju di dunia. Bahkan jika dibandingkan dengan Indonesia yang perekonomiannya di bawah Brunei, dimana Jakarta terdapat banyak gedung pencakar langit.
Apa alasan di Brunei nggak ada gedung pencakar langit? Ternyata ada dua alasan. Alasan pertama karena pemerintah Brunei sejak dulu melarang ada gedung-gedung tinggi menjulang yang tingginya melebihi ketinggian menara masjid di Brunei, terutama Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin yang menjadi masjid terbesar di Brunei.
Masjid ini memiliki tinggi sekitar 52 meter atau sekitar 171 kaki. Menara masjid menjadi bangunan paling tinggi di Brunei. Karena mencolok, membuat menara masjid bisa dilihat dari seluruh penjuru di Kota Bandar Seri Begawan.
Meskipun tidak ada gedung tinggi di Brunei, tapi tetap saja ada gedung yang disebut paling tinggi di Brunei yakni gedung Kementrian Kawangan. Tapi tetap saja sebagai gedung tertinggi di Brunei namun masalah kalah tinggi dari Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin.