Ibadah puasa di luar angkasa pertama kali dilakukan oleh seorang astronot berkebangsaan Malaysia, Sheikh Muszaphar Shukor, pada 2007 lalu. Ia di dikirim oleh Malaysia sebagai atronot pertamanya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) selama 10 hari.
Sebelum keberangkatannya, Shukor telah menjalani ibadah puasa selama pelatihan. Dan meski saat itu sudah memasuki akhir bulan Ramadhan, Shukor tetap ingin berpuasa selam di ISS.
Apa yang menjadi kendalanya adalah ISS mampu mengelilingi Bumi sebanyak 16 kali dalam sehari. Itu berarti matahari akan terbit dan terbenam setiap 90 menit sekali. Hebatnya lagi, dalam kecepatan itu, ISS berada dalam kondisi mikrogravitasi yang akan menyulitkan astronot untuk berlutut.
Namun, demi menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Dewan Fatwa Nasional Malaysia menerbitkan buku panduan untuk beribadah di ISS. Puasa bisa dilakukan di ISS atau Qada' (kompensasi) di Bumi. Waktu berpuasa juga disesuaikan dengan zona waktu dari lokasi diluncurkannya sang astronot. Oleh karena itu, beberapa pihak memperbolehkan Shukor untuk mengundur puasanya hingga ia kembali ke Bumi.
Ini juga berlaku untuk jam salat. Dalam hal ini, jika arah Kabah di Mekkah sulit untuk ditemukan, astronot boleh menggunakan gamar kabah sebagai kiblat. Sementara untuk berwudhu, astronot dapat mempergunakan tisu basah atau handuk basah yang tersedia. Di sini, jika astronot tak bisa berdiri tegak, astronot dapat melakukannya dengan posisi apa pun.
Maka itu, kita perlu bersyukur karena di Bumi, kita tidak perlu merasakan pengalaman itu. Tapi kalau buat yang penasaran, boleh lho dicoba.