Banyak orang yang sampai saat ini mempercayai ungkapan bahwa 'Laki-laki lebih rasional, dan perempuan lebih emosional'. Masalahnya adalah, seperti banyak hal lain yang dikatakan “semua orang”, hal ini sebagian benar, sebagian salah, dan sangat menyesatkan.
Yang sangat disayangkan, hal ini bahkan dianggap wajar dalam banyak literatur profesional, di mana banyak artikel berusaha menjelaskan mengapa wanita jauh lebih emosional, namun hanya sedikit yang meneliti apakah hal tersebut benar-benar terjadi.
Budaya kita menghargai logika dan kebayakan menjunjung tinggi patriarki. Itulah kenapa pria digambarkan lebih logis dari wanita.
Budaya kita yang patriarki juga dengan mudah memberi label wanita sebagai “terlalu emosional”. Ini adalah kode untuk “lemah” atau “histeris” atau “ratu drama”.
Rasionalitas pada Pria dan Wanita
Sebuah penelitian dilakukan untuk menilai tingkat rasionalitas pria dan wanita. 6.100 pria dan wanita diberi pertanyaan mengenai topik-topik seperti kebohongan, aborsi, pembunuhan, penelitian terhadap hewan, dan penyiksaan.
Misalnya, sebuah dilema moral mengharuskan peserta untuk menentukan apakah membunuh Adolf Hitler dapat diterima untuk menyelamatkan jutaan nyawa, meskipun hal itu berarti membunuhnya sebelum dia melakukan kesalahan. Yang lain mempertanyakan apakah seorang petugas polisi harus bisa menyiksa tersangka pelaku bom untuk menemukan bahan peledak yang bisa merenggut banyak nyawa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan menilai bagaimana berbagai keputusan dapat merugikan orang lain, dan melakukan analisis rasional pada tingkat yang sama untuk setiap teka-teki moral.
Para peneliti mengatakan bahwa perbedaan gender dalam kemampuan kognitif tidak ada sangkut pautnya. Mereka berpendapat bahwa hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa emosi tidak serta merta menghalangi rasionalitas. Sebaliknya, kita bisa merasakan empati sekaligus berperilaku rasional.