Pukulan yang dialami Olympus sebenarnya sudah diendus sejak tahun lalu. Tetapi VP pemasaran dan penjualan, Akihiko Murata meminta kepada pasar untuk tetap mengandalkan perusahaan.
Dengan begitu munculah kamera flagship OM-D E-M1 III awal tahun ini. Tetapai sayang, kamera tersebut dirasa kurang inovasi jika dibandingkan dengan produsen lain. Ini biasanya merupakan pertanda buruk bagi perusahaan ketika berhenti mengembangkan teknologi produk baru.
Penjualan Olympus juga memiliki implikasi bagi dunia kamera pada umumnya. Olympus dan Panasonic adalah satu-satunya perusahaan yang mendukung format Micro Four Thirds, segmen yang bermain di opsi ketiga di antara APS-C dan sistem full-frame.
Sensor yang lebih besar lebih baik dalam cahaya rendah dan menghasilkan latar belakang "bokeh" yang lembut, membantu produsen kamera seperti Sony membedakan produknya dari kamera smartphone yang semakin baik.
Olympus masih bergantung secara eksklusif pada Micro Four Thirds untuk kamera lensanya yang dapat dipertukarkan. Namun, Panasonic sekarang memiliki jajaran kamera mirrorless full-frame sendiri yang telah menarik banyak perhatian, terutama di pasar video.
Agar merek ini tetap bertahan, JIP harus memikirkan opsi semacam ini. Bagaimanapun kiprah Olympus maupun Panasonic masih menarik untuk diperhatikan untuk beberapa waktu ke depan. Tinggal bagaimana JIP mampu mengembangkan bisnis ini.