Elon Musk masih menjadi perhatian terkait keputusannya memecat pejabat tinggi perusahaan Twitter setelah berhasil menjadi pemilik barunya. Tidak hanya itu saja, CEO Tesla ini dilaporkan juga memecat sekitar 50 persen atau sekitar 3.000 karyawan platform media sosial dengan ikon burung biru tersebut.
Seperti diketahui, Elon Musk mulai melakukan pemecatan massal atau PHK pada Jumat, 4 November 2022. Karyawan yang dipecat mendapatkan pemberitahuan melalui email. Pemecatan ini sendiri dilakukan dengan alasan menempatkan Twitter di jalur yang sehat.
"Dalam upaya menempatkan Twitter di jalur yang sehat, kami akan melalui proses sulit untuk mengurangi tenaga kerja global kami pada hari Jumat," begitu yang tertulis dalam email PHK yang dilansir dari The Guardian.
Kabar PHK massal ini rupanya ikut mencuri perhatian pendiri yang juga mantan CEO Twitter yakni Jack Dorsey. Melalui cuitan di Twitter-nya, Jack menyampaikan permintaan maaf atas peristiwa tersebut. Dia menyadari banyak orang yang marah kepadanya.
"Orang-orang di Twitter dulu dan sekarang kuat dan tangguh. Mereka akan selalu menemukan jalan tidak peduli seberapa sulit saat itu. Saya sadar banyak orang marah kepada saya," kata Jack Dorsey dikutip dari Twitter-nya @jack.
Lebih lanjut, pria yang menyatakan pengunduran dirinya sebagai CEO Twitter pada 2021 lalu ini juga merasa bertanggung jawab karena mengembangkan perusahaan dengan cepat. "Saya memiliki tanggung jawab mengapa semua orang berada dalam situasi ini: Saya mengembangkan ukuran perusahaan terlalu cepat. Saya minta maaf untuk itu," sambung Jack.
Jack lantas mengutarakan rasa terima kasihnya pada semua orang yang pernah bekerja di Twitter. "Saya berterima kasih untuk cinta semua orang yang pernah bekerja di Twitter. Saya tidak berharap timbal baik pada saat ini atau selamanya. Dan saya memahaminya," ungkap Jack Dorsey di cuitannya yang lain.
Seiring dengan PHK massal ini, Elon Musk mengungkapkan bahwa dirinya tidak akan lepas tangan begitu saja. Karyawan yang dipecat akan mendapatkan pesangon tiga bulan bekerja karena perusahaan dilaporkan kehilangan lebih dari 4 juta dollar AS sehari.