Penelitian ini menggabungkan permainan video game dengan stimulasi magnetik transkranial (TMS), suatu bentuk stimulasi otak noninvasif yang telah dipelajari para ilmuwan sebagai pengobatan untuk gangguan mood.
Pada tahun 2008, Food and Drug Administration (FDA) menyetujui penggunaannya untuk pengobatan depresi berat ketika pendekatan lain gagal.
Studi juga menunjukkan TMS meningkatkan kinerja kognitif dalam beberapa kondisi, dengan lebih dari 60 studi melaporkan bahwa perawatan tersebut menyebabkan peningkatan signifikan dalam kognisi, termasuk dalam memori kerja (menahan dan memanipulasi informasi dalam waktu singkat).
Para peneliti menilai fungsi kognitif peserta sebelum penelitian dimulai, pada akhir 10 sesi, dan 15 hari setelahnya.
Mereka menilai berbagai fungsi kognitif, termasuk waktu reaksi, memori kerja, rentang perhatian, keterampilan visuospasial, dan pemecahan masalah.
“Orang-orang yang gemar bermain game sebelum masa remaja, meskipun tidak lagi bermain, tampil lebih baik dengan tugas memori kerja, yang membutuhkan mental memegang dan memanipulasi informasi untuk mendapatkan hasil,” jelas penulis utama studi Dr. Marc Palaus, Ph.D.
Orang-orang dengan pengalaman bermain video game juga menunjukkan peningkatan dalam pemrosesan dan lebih mampu fokus pada rangsangan yang relevan selama tugas.
“Orang-orang yang bermain secara teratur sebagai anak-anak tampil lebih baik sejak awal dalam memproses objek 3D, meskipun perbedaan ini berkurang setelah periode pelatihan video game, ketika kedua kelompok menunjukkan tingkat yang sama,” tambah Dr. Palaus.
Nah, sekarang gak usah ragu untuk memberi anak waktu bermain video games ya parents. Tinggal waktunya aja dibatasi.