Kisah Republik Togo yang Menyulap Limbah Elektronik Jadi Mesin Print 3D

Kisah Republik Togo yang Menyulap Limbah Elektronik Jadi Mesin Print 3D
Para pekerja proyek daur ulang limbah elektronik (tribunnews.com)

Melalui platform online, proyek WoeBots secara efektif menghubungkan titik-titik di mana limbah elektronik dapat ditemukan dengan orang-orang yang membutuhkan suku cadang.

Layanan ini tentu sangat berharga di bidang yang sama sekali tidak ada kebijakan daur ulang dan revaluasi. Platform ini juga menyediakan semua informasi yang diperlukan tentang pengelolaan limbah elektronik dan listrik. Melalui revaluasi limbah elektronik open source, WoeBots bertujuan untuk menarik dan mengaktifkan pemain di bidang teknologi untuk memanfaatkan limbah elektronik.

# Printer 3D dari Limbah Elektronik

Karena suku cadang yang diperlukan seringkali sulit dan mahal untuk diperoleh, WoeBots memiliki spesialisasi dalam pembuatan printer 3D dari limbah elektronik, menempatkannya di garis depan inovasi teknologi di Afrika: “W.Afate” – printer 3D yang seluruhnya dibuat dari daur ulang limbah elektronik.

W.Afate adalah proyek lokal yang ketat yang dengan cepat mendapatkan pengakuan internasional. Proyek ini bahkan telah berkompetisi dalam Tantangan Aplikasi Luar Angkasa Internasional.

Sebagian besar limbah elektronik yang diperlukan dapat ditemukan di bisnis digital, pabrik, dan individu, juga sekolah dan universitas. Semua kerangka kerja ini adalah target potensial dari WoeBots.

WoeBots menginformasikan dan mendidik tentang pencetakan 3D dan juga menawarkan pelatihan tentang pembuatan dan pemodelan untuk pencetakan 3D.

Proyek initelah mengembangkan program Edukatif 3D print Africa (3DPAE). Sejak 2013, ratusan siswa sekolah menengah telah diperkenalkan dengan pencetakan 3D gratis oleh komunitas WoeLab. Kurikulum 3DPAE pertama kali melibatkan sepuluh sekolah swasta dalam jarak 1 kilometer dari WoeLab Zero.

Produk hasil dari print 3D hasil sampah elektronik (etsy.com)

Tujuan 3DPAE adalah untuk melengkapi sekolah-sekolah Afrika dengan printer 3D. Saat ini, sepuluh sekolah Togo memiliki printer 3D W.Afate mereka sendiri dan pelatih 3DPAE mengajar siswa berusia 13 hingga 14 tahun untuk mendesain dan mencetak objek 3D.

Keren banget kan ges? Semoga Indonesia bisa segera punya proyek serupa. Jadi gak cuma bisa nyampah aja kerjaannya. Tapi juga bisa mendaur ulang limbah jadi sesuatu yang bermanfaat.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"