Saat menyaksikan sebuah tayangan musik atau talk show, kita sering melihat adanya penonton yang sangat kompak. Banyak yang menyebut mereka adalah penonton bayaran. Menjadi penonton bayaran merupakan salah satu profesi yang belakangan ini banyak diperbincangkan. Para penonton bayaran ini ditugaskan untuk meramaikan suasana dengan bersorak-sorak hingga bertepuk tangan.
Seperti yang sudah pernah dijalani oleh penonton bayaran bernama Dimas Satrio (28) ini. Dia mau menjadi penonton bayaran karena selama bekerja tidak perlu berpikir keras dan bisa mengenal pribadi artis secara dekat.
"Sukanya awal-awal kerja begini ketemu artis, orang awam tuh girang (senang) ketemu artis. 'Oh dia aslinya begini, ada yang ketemu oh dia ternyata sombong ya' gitu-gitu jadi kita tahu. Udah gitu gampang cuma tepuk-tepuk (tangan) doang kita dapat duit," kata Dimas dilansir dari detikcom, Kamis (23/12/2021).
Lagi pula, menurut Dimas, bayarannya sama saja dengan pekerja kantoran biasa yang bergaji setara UMR. Diketahui, drinya bisa mengantongi Rp150 ribu per hari dari hasil keliling jadi penonton bayaran di 3 program stasiun TV.
"Karena sebenarnya penonton bayaran itu gajinya sama saja kayak UMR, cuma dapatnya per hari. Kalau pekerja kan dapatnya per bulan, jadi sama saja. Sudah gitu nggak banyak aturannya, nggak usah pakai seragam-seragam. Siapapun bisa jadi penonton bayaran, sampai yang ibu-ibu sudah berumur juga bisa, nenek-nenek bisa, tergantung acaranya ada yang ngambil anak muda, ada yang acaranya ngambil seluruh umur," jelasnya.
Di balik itu semua. Menjadi penonton bayaran juga ada dukanya. Mereka harus rela pulang sampai larut malam bahkan pagi hari, terlebih saat bulan puasa untuk acara sahur. Dimas yang sudah 11 tahun berkecimpung jadi penonton bayaran menceritakan bahwa ada ibu-ibu yang sampai membawa koper berisi baju, untuk kemudian menginap di emperan stasiun TV tersebut. Hal itu dilakukan untuk mengirit ongkos transportasi, biasanya orang seperti itu hanya sebagai pendatang khusus untuk program bulan Ramadan.
"Kalau lagi ada acara sahur itu ada ibu-ibu yang nggak pulang ke rumah, tidur di emperan kantor stasiun TV-nya bawa baju, bawa koper, pulangnya Sabtu-Minggu karena dia sudah dapat jadwalnya itu pokoknya dia sampai sahur. Jadi dia nggak pulang lagi karena rumahnya jauh," ujarnya.
Nggak cuma Dimas, penonton bayaran lainnya, Yulia Putri (35) menambahkan bahwa duka menjadi penonton bayaran yakni terlalu lama menunggu. Pasalnya, penonton bayaran harus bersiap 3-4 jam sebelum acara dimulai. Terlebih saat acara untuk rekaman (tapping), biasanya proses syutingnya lebih lama karena harus menunggu artisnya datang dan tidak jarang adegannya terus diulang.