"Pada waktu 2012, papaku tuh Umroh, aku masih ingat. Papaku Umroh, dan ketika Umroh itu di pesawat, papaku tuh curhat bahwa dia di bully sama se-rombongan. Karena mengatakan 'percuma kamu Umroh, kalau kamu tidak bisa mendidik anak istrimu'. Karena non kan, non muslim, aku kesel banget tuh. Tetapi papaku bilang 'itu memang pendapat dari publik'," katanya.
Kisah hidup dr. Tirta pun berlanjut menjadi seru. Dia sempat mendapat sebuah mimpi yang aneh. Mimpi aneh itu juga sempat menghantuinya.
"Ya hidayah ku lewat mimpi. Jadi, pada waktu itu aku tidur, jam 4 sore. Dan ketika jam 4 sore itu aku tidur, di mimpi itu melihat diriku terbaring cuma aku naik ke lantai paling atas itu ada gerbang tinggi banget. Gerbangnya mungkin enggak terhingga lah, dijaga sama dua orang berbaju putih. Orang itu ngomong aku masuk pintu itu enggak boleh, kerana belum saatnya." ceritanya.
"Dua orang berbaju putih itu bercahaya banget. Dia mengarahkan ke sebuah rumah berwarna hijau. Dan aku bisa melihat di rumah hijau itu ternyata ada orang dan keranda hijau. Ada sembilan orang memakai sorban dan beberapa di antaranya aku tahu itu adalah salah satu imam besar di Mekah dan orang kedua itu adalah orang yang Mualaf-in aku. Ketiga adalah yang punya pondok pesantren di Monjali." sambungnya.
"Inikan ada sembilan orang di situ, nah aku disuruh duduk. Saat aku di suruh duduk, itu keranda hijau, dari keranda itu ada orang bangun. Tetapi, orang yang di keranda itu wajahnya bersinar banget, bersinarnya parah, parah banget dan aku enggak bisa lihat wajahnya. Dia enggak ada ngomong apapun, tetapi dia menitipkan sebuah surat ke dalam kantong dan waktu itu dia hilang dan satu kiai itu bilang sama aku 'suatu saat kamu tahu tugasmu sangat besar'," katanya.
"Setelah sejak saat itu, empat hari berturut-turut, setiap aku pagi dan itu enggak ada azan. Itu selalu ada orang yang aku dengar itu azan, tujuh hari berturut-turut. Kemudian aku cerita ke bapakku dan bapakku tuh cerita kalau pada saat Umroh saat di Kabah, beliau berdoa intinya mengarahkan saja. Saat itu juga aku memutuskan masuk Islam," kata dr. Tirta.
Itulah kisah hidup dr. Tirta. Lahir dari keluarga beda agama, sempat atheis, hingga jadi mualaf.