Dr. Helen Coulthard, pakar perilaku makan di De Montfort University Leicester (DMU), bekerja dengan para peneliti di Universitas Lincoln untuk menguji 360 wanita dalam upaya untuk mendukung bagaimana makanan dan musik dapat digunakan untuk mengurangi emosi negatif.
Peserta penelitian awalnya diminta mengingat kenangan sedih. Mereka kemudian mendengarkan musik yang telah dipilih sebelumnya, atau dibiarkan diam selama tiga menit, sebelum mengikuti tes makanan ringan. Mereka yang makan dalam diam mengonsumsi lebih dari delapan gram makanan ringan, sedangkan mereka yang mendengarkan musik makan jauh lebih sedikit, antara empat dan lima gram.
Dr Annemieke Van den Tol, Dosen Psikologi Senior di Universitas Lincoln, mengatakan: “Banyak orang beralih ke berbagai genre musik sebagai pengobatan diri ketika mereka mengalami emosi negatif. Ini bisa menjadi cara yang berguna dan efektif untuk melepaskan atau mengurangi kesedihan, stres, atau kemarahan.
“Penelitian kami menunjukkan kemungkinan bahwa mendengarkan musik juga dapat digunakan secara efektif untuk mengurangi keinginan makan berlebihan. Saya berharap penelitian ini pada akhirnya akan mendukung orang-orang untuk menggunakan strategi yang lebih sehat dalam mengatasi suasana hati dan emosi negatif.”
Genre Musik yang Mempengaruhi Keberhasilan
Genre musik menjadi faktor penting dalam penelitian ini. Peserta diminta untuk memilih tiga lagu yang mereka dengarkan secara teratur ketika merasa sedih atau stres untuk memberikan pelipur lara (musik yang menenangkan), pengalih perhatian (musik positif yang mengganggu), atau pelepasan (musik kemarahan dan/atau sedih).
Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Appetite ini menunjukkan bahwa mendengarkan jenis musik tertentu dapat mengurangi pola makan yang berhubungan dengan emosi.
Emosi memainkan peran penting dalam makan berlebihan, namun hanya ada sedikit penelitian yang memahami strategi praktis untuk mengurangi respons terhadap suasana hati negatif seperti stres, kesedihan, kebosanan, atau kecemasan. Makan makanan yang tinggi lemak dan gula secara berlebihan, namun rendah nilai gizinya, sering terjadi pada orang yang makan secara emosional.
Kenikmatan makanan dan musik menimbulkan respons saraf serupa di otak karena keduanya dapat memberikan kenyamanan dan menstabilkan suasana hati. Namun, mengonsumsi makanan untuk mengatur suasana hati secara teratur dapat menyebabkan makan berlebihan dan penambahan berat badan, namun tidak secara efektif mengatasi penyebab emosi negatif tersebut.
Dipahami juga bahwa mereka yang menggunakan lebih banyak variasi mekanisme penanggulangan suasana hati yang buruk memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Makan terbukti menjadi salah satu metode yang paling tidak efektif dalam mengatasi emosi, sementara mendengarkan musik secara konsisten dipandang sebagai mekanisme penanggulangan yang positif dan bermanfaat.