Ketika atlet sudah mengalami hal itu, sang atlet bisa diselamatkan jika irama jantung bisa dikembalikan ke normal dan dilakukan defibrilasi eksternal. Banyak gejala yang mungkin tidak pernah disadari oleh para atlit sehingga mengakibatkan serangan tiba-tiba.
Gejala peringatan itu antara lain, nyeri dada saat beraktivitas, sesak napas, berasa ingin pingsan, kepala terasa ringan dan detak jantung yang cepat. Ketika seorang atlet mempunyai gejala seperti ini harus diperiksa lebih lanjut. Jika bisa dideteksi lebih awal, maka dia tidak akan diperkenankan untuk mengikuti kompetisi.
Penyakit ini bisa diriwayatkan secara turun menurun, oleh karena itu para orang tua yang ingin anaknya menjadi seorang atlet hendaknya mewaspadai penyakit ini dan melakukan pengecekan terkait adanya riwayat penyakit jantung. Jika ada kerabat atau siapapun yang tiba-tiba terjatuh lalu tidak sadarkan diri harus segera dilakukan penanganan. Resusitasi Jantung-Paru harus dimulai tidak boleh ditunda dan pemberian defibrillator eksternal harus sesegera mungkin diberikan kepada pasien.
Oleh karena itu, di tempat olahraga sekalipun harus disediakan alat medis yang berguna apabila ada kejadian yang tidak diinginkan seperti itu. Sehingga bisa dilakukan pengananan sejak dini tanpa menunggu pihak medis dan tentu mengurangi dan mencegah kematian pada atlet karena penyakit jantung. Semoga kita bisa belajar dari kasus Markis Kido dan Chistian Eriksen.