Sekitar seperempat dari pemanasan yang kita alami sejauh ini disebabkan oleh gas rumah kaca yang kurang terkenal: metana, komponen utama gas alam. Metana tidak terlalu mengkhawatirkan 20 tahun yang lalu, tetapi hal itu berubah sejak tahun 2007, karena emisi metana telah meningkat, melonjak pada 2014 dan lagi pada 2018.
Lonjakan metana sejak 2007 sebagian besar merupakan hasil dari peningkatan emisi biogenik, terutama di daerah tropis. Nah, beberapa hal yang bisa menciptakan gas metana adalah: kotoran termasuk sapi, domba, kambing. Juga, sampah organik yang membusuk di dalam plastik yang menumpuk di TPS.
Sampah organik yang membusuk dan terperangkap di plastik-platik di TPS sangat berbahaya! Sebab gas metana akan terkumpul di TPA dan bisa rawan menimbulkan ledakan. Seperti yang terjadi di TPS Cilincing, Jakarta Utara.
Itulah kenapa kita perlu mulai mengurangi sampah makanan, dan menerapkan pola makan berkelanjutan.
# Apa itu Pola Makan Berkelanjutan?
Pola makan berkelanjutan adalah gaya hidup berkelanjutan yang menekankan kontribusi manusia untuk lingkungan dengan cara mengurangi emisi karbon dan sampah.
Gaya hidup ini harus mulai diterapkan setiap individu karena kita telah terlampau abai pada persoalan sampah.
Menurut Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, sampah makanan yang terbuang atau food loss and waste di tanah air jumlahnya mencapai 23-38 juta ton per tahun sepanjang tahun 2000-2019. Atau setara 115-184 sampah makanan per kapita per tahun.
Hal ini dikarenakan masyarakat tak mempertimbangkan kebutuhan saat berbelanja bahan makanan, memasak, atau membeli makanan matang.
Hal ini membuat banyak makanan atau bahan makanan akhirnya terbuang karena membusuk, atau tak dimakan karena sudah terlampau kenyang. Celakanya, sampah-sampah sisa makanan ini akhirnya dibuang ke TPS. Bukan diolah jadi kompos, dibuang ke lubang biopori, atau dikelola dengan bertanggung jawab.
# Cara Mempraktikkan Pola Makan Berkelanjutan
Kita bisa memulai pola makan berkelanjutan dengan cara membeli bahan makanan dan makanan dengan secukupnya. Tak perlu menumpuk sebulan sekali. Cukup membeli seminggu sekali sesuai porsi dan jumlah anggota keluarga. Terutama untuk bahan makanan basah seperti sayur, buah, lauk yang cepat membusuk.