Jangan Anggap Sepele, Ini Bahayanya Suka Memendam Perasaan Bagi Kesehatan

Jangan Anggap Sepele, Ini Bahayanya Suka Memendam Perasaan Bagi Kesehatan

Ada banyak alasan mengapa orang seringkali memendam emosi mereka. Hal ini dapat dilakukan untuk menghindari perasaan yang kuat atau meledak-ledak yang dianggap tidak dapat diterima secara sosial, atau mengganti perasaan tidak nyaman dengan perasaan yang lebih dapat diterima.

Penekanan atau pengekangan emosi merupakan suatu keharusan bagi sebagian besar orang. Alih-alih menumpahkan emosi, masyarakat diharapkan bisa menekan emosi mereka. Di ruang publik kita diharapkan untuk bertindak dengan hormat. Berteriak karena marah tidak disukai dan kebanyakan orang tidak memiliki alat atau kepercayaan diri untuk mengekspresikan kemarahan dengan cara yang berbeda.

Padahal memendam atau menekan emosi bisa punya dampak buruk bagi kesehatan kita. Apa saja dampaknya? Yuk, simak artikel ini sampai akhir!

Apa yang Terjadi Jika Kita Kerap Menekan Emosi

Ilustrasi Memendam emosi (shortform.com)

Diketahui bahwa menekan emosi mempunyai dampak fisiologis pada tubuh. Seringkali hal ini bersifat jangka pendek dan tidak menimbulkan masalah yang berkepanjangan. Namun dalam jangka panjang, penekanan emosi yang terus-menerus dapat berdampak buruk pada fisik dan psikologis.

Jika kamu pernah melakukan pijatan jaringan dalam, kamu pasti tahu bagaimana stres dapat terwujud dalam pengencangan otot. Emosi yang tertekan tetap tinggal di dalam tubuh. Efek dari emosi yang tertekan yaitu kecemasan, depresi, dan penyakit terkait stres lainnya. Penindasan seperti ini dapat menyebabkan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.

Individu sering kali menekan apa yang mereka anggap sebagai emosi ‘negatif’ sebagai cara untuk menghindari tekanan. Namun penekanan emosi yang terus-menerus memerlukan usaha dan pada akhirnya ‘usaha’ ini bisa berakibat buruk. Upaya tersebut meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik yang dapat menimbulkan konsekuensi tidak sehat.

Penelitian menunjukkan bahwa memendam emosi dapat membuat orang menjadi lebih agresif. Penelitian juga menunjukkan bahwa upaya menekan emosi negatif memiliki konsekuensi langsung dan tertunda terhadap reaktivitas kardiovaskular yang dipicu oleh stres.

Bukti adanya hubungan antara penekanan emosi dan kematian pertama kali muncul dalam studi kohort di Yugoslavia yang dilakukan pada tahun 1970 oleh Grossarth-Maticeck. Keputusasaan yang bertahan lama secara independen dikaitkan dengan kanker, dan kemarahan dengan penyakit jantung.

Studi lain mengenai penekanan emosi dan risiko kematian selama 12 tahun menyimpulkan bahwa penekanan emosi dapat menimbulkan risiko kematian dini, termasuk kematian akibat kanker.

Emosi yang kuat seperti cemburu, takut, marah, bersalah atau menyesal, jika ditekan, dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.

Jadi, jangan suka memendam emosi ya! Kamu bisa menyalurkan emosi atau melampiaskannya ke hal-hal positif seperti olahraga atau menangis.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"