Dalam beberapa tahun terakhir, untungnya lebih banyak perhatian diberikan pada depresi pascapersalinan (PPD), yang dialami hingga 20 persen ibu. Gejala intens tersebut, termasuk suasana hati tertekan dan tangisan berlebihan. Biasanya dimulai dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan dan juga dapat muncul di kemudian hari dalam tahun pertama.
Depresi yang biasa terjadi pada enam minggu pertama setelah melahirkan. Beda dengan baby blues yang umumnya dapat mereda dalam hitungan hari atau minggu. Keadaan ini membuat seorang ibu gak bisa fokus untuk menjaga dan merawat anaknya. Bukan karena gak sayang ya gengs, tapi depresi setelah melahirkan adalah gangguan psikologis.
Bagi beberapa ibu baru, depresi pasca melahirkan bisa bertahan hingga tiga tahun, ungkap sebuah penelitian baru dari National Institutes of Health (NIH). Penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics, mengamati 5.000 wanita dan menemukan sekitar 1 dari 4 wanita memiliki "gejala depresi tingkat tinggi di beberapa titik dalam tiga tahun setelah melahirkan."
"Studi kami menunjukkan bahwa enam bulan mungkin tidak cukup lama untuk mengukur gejala depresi," ungkap Diane Putnick, Ph.D., penulis utama dan staf ilmuwan di epidemiologi Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development (NICHD).
Skrining depresi pascapersalinan, mungkin perlu dilanjutkan setidaknya selama dua tahun. Karena depresi pasca persalinan ini bisa singkat atau lama.