Saat awal pandemi Covid-19, jahe atau empon-empon dan rempah-rempah seringkali dikaitkan untuk meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh. Namun para ahli menegaskan tak ada bukti ilmiah bahwa jahe bisa meredakan gejala pasien Covid-19.
Dilansir dari Times Live, Senin (26/7/2021), seorang Ahli Kesehatan dr. Marlin McKay memberikan tanggapan.
"Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan efektivitas jahe dalam memerangi Covid-19 meskipun terkenal populer di kalangan penyintas," katanya.
Pandangannya merujuk saran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mengatakan meskipun jahe, lada hitam, dan madu memang memiliki khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan seseorang, namun tidak ada bukti bahwa ini bekerja melawan virus korona. Tidak ada bukti ilmiah bahwa lada hitam, madu, dan jahe melindungi dari infeksi Covid-19.
"Namun secara umum, beberapa rempah-rempah dianggap memiliki khasiat yang mungkin bermanfaat bagi kesehatan," kata WHO.
Lebih lanjut, Kepala Pusat Penyakit Pernapasan dan Meningitis di Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) SA Prof Cheryl Cohen, membenarkan hal itu.
"Sepengetahuan saya tidak ada bukti efek pencegahan spesifik jahe segar terhadap Covid-19," katanya.
Adapun sumber lain yang dikutip dari laman Medical News Today juga menegaskan tidak ada konklusi yang membuktikan bahwa jahe dapat menghentikan atau menghilangkan pilek. Akan tetapi memang penelitian menunjukkan bahwa jahe dapat membantu mencegahnya. Jahe juga dapat membantu memperbaiki gejala pilek.
Menurut suatu ulasan, ada bukti bahwa jahe dapat mencegah masuk angin, mencegah atau meredakan sakit tenggorokan, mengurangi hidung tersumbat, mengurangi peradangan. Namun, para peneliti perlu mempelajari jahe lebih lanjut untuk mendukung bukti ini.
Jahe mengandung senyawa yang disebut gingerol dan shogaols. Sebuah studi laboratorium 2011 menemukan bahwa jahe menunjukkan efek antibakteri yang lebih tinggi daripada antibiotik terhadap Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. S. pyogenes, atau bakteri penyebab faringitis streptokokus, radang tenggorokan.
Dalam studi tabung reaksi, jahe menampilkan sifat antivirus. Pada hewan, peneliti juga menemukan itu efektif melawan rasa sakit dan demam.
Jahe segar mungkin bermanfaat melawan virus pernapasan. Sebuah studi laboratorium 2013 menunjukkan bahwa jahe segar memiliki efek antivirus pada model infeksi pernapasan. Namun, saat ini tidak ada bukti bahwa jahe dapat melindungi terhadap SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.