4. Tidak makan cukup protein, lemak, dan serat
Selain tidak makan dalam waktu lama, tidak mengonsumsi makanan yang tepat juga bisa membuat rasa lapar itu muncul. Groux menunjukkan bahwa kita semua membutuhkan diet yang seimbang dengan jumlah protein, lemak, dan serat yang cukup agar merasa kenyang.
"Protein mengatur ghrelin dan leptin yang membantu kita merasa kenyang. Lemak berkualitas membantu produksi leptin untuk memberi sinyal rasa kenyang dan memperlambat pencernaan kita," jelasnya.
"Asupan serat yang tinggi memicu produksi asam lemak rantai pendek, yang menyebabkan tubuh merasa kenyang bersama dengan menciptakan keragaman bakteri usus yang baik di mikrobioma," tambah dia.
Terlebih, serat larut atau makanan yang larut dalam air cenderung menurunkan nafsu makan dan menciptakan rasa kenyang.
5. Sedang hamil atau menyusui
Minchen mencatat bahwa selama kehamilan, kebutuhan kalori dan makronutrien tubuh meningkat untuk menyediakan nutrisi yang tepat bagi pertumbuhan janin.
"Kalori dan makronutrien ini secara langsung memicu perkembangan dan pertumbuhan otak janin, serta jaringan tulang, otot, dan lemak untuk bayi yang sehat," terangnya.
Selain itu, menyusui juga memberikan tuntutan yang sangat besar pada tubuh wanita dan dapat membuatnya merasa lapar atau haus.
Secara umum, Minchen mengatakan bahwa kehamilan membutuhkan tambahan 300 kalori sehari, sementara menyusui bisa membutuhkan antara 500-1.000 kalori ekstra setiap hari.
6. Memiliki kondisi medis tertentu
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi di mana lebih banyak hormon hadir dalam tubuh daripada yang dibutuhkan. Menurut Winston, hal ini dapat menyebabkan rasa lapar yang berlebihan.
Penyebab medis lainnya yang dapat menyebabkan rasa lapar adalah diabetes, infeksi parasit di saluran usus, dan hipoglikemia. Sebagai catatan Groux, fluktuasi kadar gula darah adalah penyebab umum dari rasa lapar yang berlebihan atau terus-menerus.
"Ketika gula darah meningkat atau ada diabetes, nafsu makan cenderung meningkat, begitu juga rasa haus," tuturnya.
"Ini terjadi karena glukosa tidak dapat menembus sel dan tubuh membuangnya melalui urin. Ketika gula darah habis dan terjadi hipoglikemia, tubuh akan mendambakan makanan guna membantu mengatur kadar gula darah," lanjut dia.
7. Hormon yang sedang tidak baik-baik saja
Setelah mengonsumsi alkohol secara berlebihan, kita mungkin ingin makan makanan yang mengandung karbohidrat. Ini adalah sinyal bahwa hormon kita rusak.
Seperti yang dijelaskan Groux, alkohol bisa menghambat produksi leptin atau hormon kenyang.
"Selain itu, konsumsi alkohol dapat mengurangi bagian otak yang bertanggung jawab untuk pengendalian diri sehingga orang cenderung makan lebih banyak saat minum alkohol daripada saat tidak," katanya.
Di samping itu, saat kita mengalami stres, kita mungkin akan beralih ke makanan lain yang menenangkan untuk mengatasinya. Ini adalah pertimbangan hormonal lain karena kortisol adalah hormon yang diproduksi di kelenjar adrenal yang meningkat dengan stres kronis.
"Kortisol dapat meningkatkan nafsu meningkatkan nafsu makan," ujar Groux.
8. Mengalami gangguan makan
Dalam kasus ekstrem, gangguan makan seperti anoreksia, bulimia, atau kondisi dismorfia tubuh lainnya dapat menyebabkan pola lapar yang tidak normal.
"Mereka yang memiliki kondisi ini cenderung sangat membatasi kalori esensial dan nutrisi lainnya sehingga menciptakan rasa lapar yang meningkat," terang Minchen.
Kemudian, rasa lapar mereka dapat bermanifestasi dalam pemecahan tugas-tugas penting dan jaringan dalam tubuh.
"Kerusakan kulit, rambut rontok, sembelit, detak jantung yang cepat, dan kelelahan adalah beberapa tanda awal kerusakan tubuh sebagai akibat dari kelaparan, serta pembatasan kronis," dia memperingatkan.