Pernahkan kamu dihubungi seseorang tak dikenal melalui telepon dan mengaku sebagai pihak-pihak tertentu, seperti bank, penyedia layanan telekomunikasi, dan lainnya? Kalau iya, kamu harus berhati-hati ya, karena seringkali hal ini merupakan phishing.
Apa itu phising? Phishing adalah bentuk penipuan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi data sensitif alias yang paling pribadi dari para korbannya.
Beberapa contoh data incaran penipu yang mengatasnamakan bank adalah PIN, password, nama ibu kandung, dan informasi kartu debit/kredit kamu.
Phishing yang paling sering terjadi adalah penipu menelepon dan mendesak korbannya untuk memberikan data-data pribadi tersebut. Hal ini disebut juga dengan voice phishing atau vhishing.
Sebagai gambaran, yang seringkali terjadi adalah penipu mengaku sebagai pihak suatu bank dan akan menghubungi nasabah serta menginformasikan bahwa nasabah perlu melakukan pembaruan kartu.
Lalu si penipu biasanya menawarkan untuk membantu mengurus pembaruan kartu tersebut lewat telepon dan membutuhkan data-data sensitif korban untuk membantu proses ini.
Apabila nasabah lengah dan mengikuti arahan penipu, data-data seperti 16 digit nomor kartu, masa berlaku dan kode CVV kartu, password, dan bahkan kode OTP yang bisa menjadi akses masuk ke akun bank akan jatuh ke tangan penipu. Dengan mengambil alih akun bank nasabah, penipu bisa menguras seluruh tabungan nasabah.
Modus penipuan memang semakin beragam dan aksi penipu pun semakin canggih. Namun ada beberapa hal yang bisa kamu cek dan cara yang bisa kamu lakukan untuk memastikan apakah kamu sedang ditelepon penipu atau tidak.
Yuk, simak penjelasan di bawah ini supaya kamu bisa dengan mudah mendeteksi penipuan atau bukan.
1. Pelaku Menolak menutup Telepon atau Tidak Mau Menelepon Kembali
Apabila kamu menerima telepon dari pihak atau institusi tertentu, dan dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk menerima telepon, kamu berhak untuk tidak melanjutkan pembicaraan atau meminta untuk ditelepon kembali di lain waktu.
Kalau lawan bicara menolak untuk menutup telepon atau tidak mau menelepon kembali di waktu yang berbeda, kamu patut mencurigai hal ini.
Jangan lengah dan perhatikan apa yang dibahas lawan bicara. Kalau penelepon adalah penipu, mereka akan memanfaatkan situasi dengan meneruskan pembicaraan, menekanmu dengan desakan yang mengancam atau menakut-nakuti dan seakan-akan harus diputuskan saat itu juga.
Kalau hal itu terjadi, segera putuskan hubungan telepon dan hubungi pihak bank terkait untuk mengonfirmasi hal ini ya.
Ingat, kalau dalam keadaan nggak memungkinkan dan kamu menerima telepon dari nomor asing, kamu berhak kok untuk tidak mengangkat telepon itu. Kalau pun akhirnya mengangkat telepon tersebut, kamu berhak meminta informasi lebih detail melalui e-mail dan tidak mengambil keputusan melalui telepon karena dalam keadaan lengah atau memiliki perhatian yang terbagi, kamu akan rentan jatuh dalam perangkap penipu.
2. Terdengar Tidak Meyakinkan
Seumpama kamu mengangkat telepon dari nomor asing yang mengaku sebagai pihak bank, lalu menyampaikan bahwa akun bank kamu terdeteksi melakukan transaksi mencurigakan, padahal kamu nggak melakukan transaksi apapun serta nggak ada transaksi apa pun yang tercatat di In & Out. Hal pertama yang bisa kamu perhatikan adalah bagaimana cara mereka menyampaikan hal tersebut.
Biasanya penipu berbicara secara gak profesional, cara bicaranya terbata-bata dan bertele-tele, serta mengarahkan kamu untuk melakukan sesuatu tanpa memberikan kesempatan buat kamu untuk berpikir panjang.
Jangan panik, kamu harus tetap tenang dan berpikir jernih, tutup telepon dan segera hubungi bank terkait di nomor center yang ada untuk melakukan konfirmasi. Kalau perlu, kamu bisa melakukan blokir sementara pada Kartu Debitmu.
3. Meminta Kode OTP dan Data Pribadi
Kode OTP sering menjadi incaran para penipu. Tentu saja, karena kode OTP atau one-time password ini dibutuhkan salah satunya untuk verifikasi saat menghubungkan akun bank ke gadget baru.
Banyak penipu yang mengaku sebagai pihak bank dan meminta kode OTP dengan berbagai alasan agar bisa mengakses akun milik korban dari gadget mereka dan pada akhirnya mengambil alih akun tersebut.
Nggak cuma kode OTP, penipu biasanya juga meminta data-data pribadi lainnya seperti PIN, password, informasi di kartu, nama ibu kandung, dan lainnya.
Dengan memiliki akses ke akun bank serta data-data pribadi kamu, penipu bisa mengambil uang dan melakukan tindakan ilegal dengan mengatasnamakan kamu, lho. Hati-hati ya.
Karena itu, jangan pernah memberikan kode OTP dan data pribadi ke siapa pun ya, termasuk ke pihak bank atau orang yang mengaku-ngaku.