Isu harga Pertalite dan Solar dikabarkan akan naik semakin memanas setelah ada usul dari salah satu anggota DPR RI bernama Willy Midel Yoseph untuk mengharamkan pembelian Pertalite dan Solar. Ia mengaku sudah melakukan diskusi dengan Ketua MUI provinsi untuk membahas terkait hal tersebut.
Willy mengemukakan hal tersebut saat lakukan rapat kerja dengan Menteri ESDM di Gedung DPR beberapa waktu lalu. “Saya sudah melakukan diskusi dengan ketua MUI Provinsi bagaimana kalau dibuatkan fatwa untuk BBM subsidi ini,” katanya dalam rapat tersebut.
Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan ini mengatakan bahwa fatwa tersebut akan mengatur orang kaya haram membeli Pertalite dan Solar sedangkan BBM bersubsidi hanya boleh dibeli oleh orang miskin. Terkait hal tersebut tentu harus dikaji lebih dalam.
Harga minyak dunia semakin naik. Hal itu membuat pemerintah sudah mengambil ancang-ancang untuk menaikkan harga Pertalite dan Solar. Harga jual Pertalite saat ini Rp 7.650 per liter padahal menurut Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, saat ini seharusnya harga pasar mencapai Rp 17.200 per liter.
Artinya setiap pembelian Pertalite satu liter, pemerintah sudah bersubsidi sekitar Rp 9.550. Begitu juga dengan Pertamax yang harga saat ini Rp 12.500. Sebenarnya harga tersebut dianggap terlalu murah sebab kompetitor Pertamina telah mematok harga jenis BBM serupa sekitar Rp 17.000-an per liter.
Ngomong-ngomong soal Pertalite dan Pertamax, keduanya memiliki perbedaan tidak hanya dari segi harga jualnya saat ini. Misalnya dalam segi nilai oktan atau ukuran dari kualitas bahan bakar minyak yang diambil dari nilai Research Octane Number atau RON. Nilai RON Pertalite 90 sementara Pertamax 92.