Aksi protes berdarah yang menimpa sebagian besar warga Palestina di perbatasan Palestina-Israel membuat Turki berang. Turki kemudian menyerukan agar Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengadakan pertemuan darurat.
Turki menginginkan agar pertemuan OKI yang memiliki57 negara anggota itu digelar pada Jumat (18/5/2018) mendatang. Pertemuan darurat ini digelar untuk membahas pembunuhan puluhan pengunjuk rasa Palestina di Gaza oleh militer Israel.
Presiden Recep Tayyip Erdogan bahkan mengatakan serangan yang terjadi sepanjang 14 Mei kemarin adalah tindakan 'genosida' dan menyebut Israel sebagai 'negara teroris'. Ia juga mengutuk tindakan pembunuhan demsntran asal Palestina tersebut. Turki juga menjadi salah satu negara yag paling vokal mengkritik langkah kebijakan AS dan kekerasan yang terjadi di Gaza.
Di lain pihak, Perdana Menteri Turki Binali Yidirim mengatakan Amerika Serikat (AS) amat arogan ketika mereka berdiri berdampingan dengan Israel yang telah membunuh banyak warga sipil. Pemindahan kedutaan AS ke Yerusalem pun akan menajamkan persoalan dalam hubungan Israel-Palestina. Menurutnya, perdamaian kedua negara pun akan berjalan alot ke depannya.
Situasi di Turki pun ikut memanas, terlebih setelah 2.000-an orang memadati Istiklal Street di Istanbul untuk berunjuk rasa. Mereka membawa spanduk yang menyebutkan "Yerusalem milik Muslim" serta 'Pembunuh Israel, keluar dari Palestina".
#UPDATE Turkish President Erdogan accused Israel of "state terror" after thousands marched through central Istanbul to denounce the bloodshed in Gaza https://t.co/aceUFdeCcq pic.twitter.com/r82z6zRy2p
— AFP news agency (@AFP) May 14, 2018