Dari pertanyaan tersebut, orangtua Anggi kemudian bercerita. Bahwa dulu, ada orang Kuningan bernama Rurah Salim yang pertama kali berjualan bubur kacang hijau.
Rurah Salim kemudian merantau ke Jogja bersama istrinya pada tahun 1943. Ia berjualan burjo dengan cara dipanggul seperti tukang dawet.
Setelah Indonesia merdeka, Rurah kemudian tidak lagi berjualan burjo dengan cara dipikul. Sebab ia lalu membuka kios.
Kala itu, Burjo buatan Rurah Salim memang banyak penggemarnya. Kiosnya pun kemudian diberi nama "Burjo" supaya orang-orang tahu apa yang dijual di warung itu.
Berbeda dengan warung Burjo sekarang yang justru berjualan macam-macam. Warung Burjo dulu justru hanya menjual bubur kacang ijo.
Anggi kemudian mengungkapkan bahwa tren warung burjo berjualan mie instan dan menu lain, dimulai sekitar tahun '90an.
# Kapan Mulai Disebut Warmindo?
Selain itu, Anggi juga mengungkapkan bahwa nama warung Burjo yang berubah menjadi Warmindo itu diganti setelah ternyata banyak warung Burjo yang tidak lagi berjualan bubur kacang ijo melainkan mie instan.
Penyebutan warungnya pun berbeda di wilayah barat dan timur jawa.
"Kalau di bagian Indonesia Barat, Jawa Barat, Jakarta itu mereka nyebutnya warkop atau warung kopi. Nah, kalau semakin ke Timur, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur itu nyebutnya burjo atau warmindo," kata Anggi.