"Kami tidak lagi menggunakan istilah jompo atau lansia tetapi menggunakan istilah adiyuswa, adi itu artinya bagus, yuswa adalah usia jadi kalau digabung diartikan menjadi usia bijaksana sehingga lebih berkonotasi positif dan secara psikologi siklus kehidupan manusia itu seperti kurva normal, dari yang tidak bisa atau bayi lalu memuncak kemudian turun," kata Unika.
"Adiyuswa ini mengalami yang disebut tahapan kehidupan yang memang mulai menurun, ada juga yang namanya kualitas hidup, ketika ia bisa mencapai setidaknya tiga hal, yaitu kesejahteraan fisik, psikologis, dan interpersonal. Artinya fisik, kognitif, sosial atau emosional terpenuhi. Keluarga memiliki peran yang sangat besar bagi adiyuswa, bahkan tidak hanya adiyuswa tetapi semua di circle kita," lanjutnya.
Pada masa tua, dijelaskan Unika, ada fase di mana mereka melihat masa lalu sebagai keberhasilan-keberhasilannya tetapi tidak semua orang dalam tahap perkembangan secara fisik atau psikologis itu bisa diperbandingkan atau memukul rata semua kasus.
Memang sebagian besar akan mengalami fase kesepian, tingkatan kesepian juga beda-beda, Unika menjelaskan, banyak hal yang membuat adiyuswa mengalami kesepian, misalnya kelonggaran pengasuhan, berkurangnya teman, aktifitas terbatas, dan ketiadaan pasangan. Kesepian yang berbeda-beda muncul karena kebutuhan emosional yang kurang terpenuhi.
"Kita tidak bisa menyalahkan jika seorang anak tidak bisa mendampingi orang tua di masa tua karena anak-anaknya bekerja, sementara itu ada orang yang berpandangan terbuka, misalnya orang tua merasa senang berada di panti adiyuswa karena temannya banyak," jelas Unika.
"Sedangkan mengenai pemberdayaan adiyuswa di beberapa negara yang sudah diaktifkan, kebijakan itu bagus untuk melibatkan orang tua di dunia kerja dan saat ini menjadi hal umum. Sejauh tentunya kontrol secara kesehatan dan mereka sehat, ini adalah kebijakan yang bagus supaya dampak psikologis adiyuswa ini teratasi, dengan mereka bekerja akan mengatasi rasa kesepian tentunya pekerjaan itu disesuaikan dengan kondisi fisik," pungkas Unika.
Jadi, keputusan untuk merawat atau menitipkan orang tua di panti jompo adalah keputusan masing-masing orang, yang terpenting adalah dengan tidak pernah membiarkan orang tua sendirian dan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Ingatlah ketika kita kecil, orang tua yang mengasuh kita. Kita sukses, juga tentu tidak lepas dari peran orang tua. Jadi, rawatlah orangtuamu dengan sebaik-baiknya, ya Gengs.