Meski sering terjadi, kenyataannya menitipkan orang tua di panti jompo atau panti wreda masih menjadi pro dan kontra atau mendapat stigma buruk di mata msyarakat Indonesia. Sebagian dari mereka berpendapat, apapun alasannya orang tua harus dirawat oleh anaknya sendiri. Pasalnya, dari sisi budaya dan agama masih tampak aneh jika seorang anak (meski sangat sibuk sekalipun) menitipkan orang tuanya ke panti jompo.
Namun tidak semua orang beranggapan demikian. Ada juga yang menilai bahwa tinggal di panti jompo bukan pilihan yang buruk. Saat ini banyak panti jompo yang menawarkan kehangatan serta kenyamanan bagi para lansia. Sebab, banyak lansia yang memang menolak diasuh dan tinggal dengan anaknya karena merasa kesepian, berbeda jika ia tinggal di panti jompo bersama rekan se-usianya.
Menanggapi hal ini, sosiolog dan Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (Undip), Ari Pradhanawati menuturkan, dari sisi sosiologi fenomena di Indonesia, secara budaya nampaknya kurang pas apabila menitipkan orang tuanya di panti jompo, tetapi pandangan setiap orang berbeda dalam menyikapi persoalan tersebut.
"Budaya di Indonesia, anak merawat orang tuanya atau orang tua ikut anaknya, tetapi di jaman milenial ini sekarang sudah lain. Artinya perkembangan jaman mengikuti kegiatan kita sehari-hari. Sementara budaya kita merawat orang tua itu adalah keharusan tetapi kasuistik dan ada positifnya ketika kita ingin merawat orang tua di panti jompo," ungkap Ari dikutip dari Urbanasia, Selasa (30/11/2021).
"Dalam pikiran kita, jika mendengar kata panti jompo atau panti wreda seolah menganggap orang tua dibuang padahal sebenarnya tidak begitu juga, karena memang ketika mendengar kata jompo atau wreda terkadang membuat pikiran malah stres. Artinya bagaimana kita membuat istilah yang membuat nyaman, misalnya sebuah rumah masa tua di mana ada fasilitas yang komplit sehingga konotasi kita terhadap panti jompo atau panti wreda untuk lansia diubah menjadi suatu istilah-istilah yang mengena di hati dan anggapan ke panti jompo itu tidak berarti dibuang dan orang tua mesti diberi pemahaman," lanjutnya.
Sementara itu, Dosen Fakultas Psikologi Undip, Unika Prihatsanti menyampaikan, zaman dulu orang tua mengasuh anak-anaknya, terkadang orang tua mempunyai harapan bahwa anak-anak ini adalah investasi di masa depan. Artinya jika mereka tua, mereka akan diurus oleh anak-anaknya, namun demikian generasi saat ini berubah dengan pergeseran tersebut situasinya sangat berbeda dengan generasi lalu sehingga perlu dipahami bersama.