Menurut Bambang, dalam dokumen tersebut nama yang tertulis adalah "Raden Soekarno", bukan "Koesno" yang merupakan nama lahir Soekarno.
"Soekarno ada di nomor urut 55. Dia masuk TH Bandung pada 1921, artinya setahun setelah TH didirikan," ujar Bambang yang dikutip oleh Histori.
Peneliti lembaga Institut Soekarno, Peter A Rohi, menyatakan bahwa terjadi kesalahan dalam penerjemahan biografi yang ditulis oleh Cindy Adams itu, yang kemudian menyebut Soekarno lahir di Blitar. Selain itu,Peter juga menyebut semua biografi Soekarno yang terbit sebelum 1966 menulis Surabaya sebagai tempat kelahiran pria yang bernama asli Koesno Sosrodihardjo itu.
Guru Besar Universitas Pertahanan Salim Said juga menyebut sangat sulit untuk meluruskan kesalahan sejarah pada masa Orde Baru. Apalagi, pengetahuan bahwa Soekarno lahir di Blitar juga masuk ke ranah pendidikan formal. Hingga saat ini belum diketahui alasan penyebutan kota Blitar sebagai kota kelahiran Soekarno.
Pemerintah kota Surabaya sendiri telah menyatakan bahwa sebuah rumah di kawasan Peneleh, Surabaya sebagai tempat lahir Soekarno. Kemudian pada tahun 2013, Pemkot Surabaya menjadikan rumah itu sebagai bangunan Cagar Budaya. Penetapan berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/321/436.1.2/2013.