Pada tahun 1975 hingga 1999. Lewat invasi Timor Leste, Indonesia menduduki Timor Timur. Kemudian pada tahun 1999, Referendum membuat Timor Timur merdeka dan lepas dari NKRI.
Timor Timur kemudian membentuk negara sendiri bernama Republik Demokratik Timor Leste. Referendum itu juga membuat rakyat Timor Leste terpecah menjadi dua: pro-kemerdekaan dan pro-integrasi. Atau, yang ingin merdeka dan yang ingin tetap jadi bagian dari Indonesia.
Kelompok pro-integrasi pada saat itu diduga yang membuat Dili rusuh dan kemudian meluas ke seluruh Timor Leste.
Karena kerusuhan tersebut. Banyak masyarakat Timor Leste yang kemudian kabur dan berlindung ke Indonesia. Namun, setelah kerusuhan selesai pun, mereka jadi enggan kembali ke tanah air.
Mereka rela terpisah dari keluarga, karena merasa aman berada di Indonesia.
Seperti yang dirasakan Muhajir.
# Kehidupan Muhajir di Indonesia
Ketika tahun pertama tinggal di Indonesia, Muhajir tidak melakukan aktivitas apa pun. Itu karena ia berpikir nanti akan ada bantuan kemanusiaan dan akan kembali ke Timor Timur.
Di Indonesia, Muhajir merasa beruntung karena bisa tinggal di satu rumah pengungsian dengan separuh keluarganya. Sedangkan orang lain harus berbagi tempat tinggal dengan keluarga lain.
Rumah pengungsian punya ukuran 4x4 dan 4x6. Jika tidak cukup, pengungsi berusaha sendiri. Begitu juga soal kebutuhan hidup.
"Pemerintah hanya bantu awal 99 saja, habis bantuan kemanusiaan tidak ada, sekarang ini (rumah) kita bangun sendiri," ujar Muhajir yang kini bekerja di peternakan.
Meskipun kelihatannya susah, namun Muhajir mengaku lebih suka hidup di NTT daripada di Timor Leste.
"Ya kalau pribadi saya, saya lebih suka di NTT. Sekarang memang lebih baik dari di Timor Leste."