Siapakah Pencetus Lukisan Gunung Kembar dengan Matahari dan Jalan di Tengah?

Siapakah Pencetus Lukisan Gunung Kembar dengan Matahari dan Jalan di Tengah?

Siapa nih yang waktu TK dan SD kalau pelajaran kesenian selalu menggambar dua gunung kembar dan ada matahari di tengahnya? Hayo, ngaku!

Meski sedari kecil kita sering menggambar dua gunung kembar dengan matahari dan jalan di tengahnya, namun hal tersebut berlalu begitu saja. Pernah tau nggak siapa yang pertama kali menggambarnya? Yuk simak info berikut ini:

Kamu pasti akrab dengan gambar pemandangan ini: pemandangan gunung kembar yang mengapit matahari dan di tengahnya. Sejak masa TK atau SD, setiap kali ada pelajaran menggambar, yang diajarkan adalah gambar pemandangan tersebut.

Gambar Pemandangan Dua Gunung Legendaris (Era.id)

Lukisan tersebut menggambarkan dua buah gunung yang bersebelahan, lalu matahari terbit di tengah-tengahnya. Di antara dua gunung itu, ada jalan yang panjang, lalu ada sebuah rumah, pohon, sawah, dan burung yang beterbangan. Terkadang, ada juga awan-awan kecil.

Gambar ini dikenal di hampir seluruh Indonesia. Sejak puluhan tahun silam, semua guru memang mengajarkan gambar ini saat pelajaran menggambar atau kesenian terutama di tingkat TK dan SD. Sebuah pertanyaan pun muncul, siapa sih pencetus awal gambar yang sangat legendaris ini.

Lukisan tersebut rupanya dicetuskan Tino Sidin. Pada zamannya, lelaki kelahiran 25 November 1925 asal Tebingtinggi, Sumatera Utara ini adalah salah seorang pelukis ternama.

Nah, sekitar 1980-an, salah satu Stasiun Televisi Nasional (TVRI) memiliki acara bernama "Gemar Menggambar". Pak Tino ambil bagian dalam acara ini dan mengajarkan kepada anak-anak bahwa mengambar itu mudah serta bisa dilakukan siapa saja.

Acara ini sangat populer di Indonesia. Nggak hanya disukai anak-anak lho, bahkan orang tua juga suka. Banyak guru bahkan terinspirasi dengan gambar-gambar Pak Tino untuk diajarkan di sekolah. .

Sayang, meski melegenda dan dianggap bisa membantu anak-anak untuk tertarik menggambar karena sangat mudah dilakukan, banyak pakar pendidikan yang menyebut gambar ini telah dipakai dengan berlebihan.

Anak-anak justru seperti nggak dibebaskan untuk menggambar sesuai keinginan mereka dan akhirnya memilih menggambar pemandangan yang itu-itu saja. Kasusnya mirip dengan kebiasaan anak-anak Indonesia menggambar bebek dengan pedoman angka dua.

Konon, lukisan dua gunung ini juga menjadi propaganda pemerintahan Orde Baru untuk menunjukkan Indonesia adalah negara agraris. Padahal, Indonesia lebih kompleks dari itu.

Nah, kalau menurut kamu, apakah cara menggambar pemandangan dua gunung ini masih perlu diterapkan anak-anak di masa sekarang, Gengs?



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"