Setelah Spanyol, Kini Giliran Jepang Mengusulkan Empat Hari Kerja untuk Meningkatkan Kesehatan Mental Para Pekerjanya

Setelah Spanyol, Kini Giliran Jepang Mengusulkan Empat Hari Kerja untuk Meningkatkan Kesehatan Mental Para Pekerjanya

Jepang, yang dikenal dengan budaya kerjanya yang kaku, menyambut perubahan pada minggu kerja standar yang diprediksi oleh beberapa orang bahkan beberapa tahun yang lalu.

Pedoman kebijakan ekonomi tahunan negara itu, yang dirilis bulan ini, mengungkapkan rencana untuk mendorong pengusaha mengadopsi empat hari kerja dalam seminggu.

Rekomendasi bahwa perusahaan mengadopsi minggu kerja opsional yang lebih pendek dimaksudkan untuk mendukung karyawan yang ingin melanjutkan pendidikan mereka, merawat anggota keluarga atau hanya untuk pergi keluar, menghabiskan uang dan bahkan bertemu orang lain, seiring dengan menyusutnya populasi Jepang.

Para salarymen di Jepang (intisari.grid.id)

Dalam mengusulkan minggu empat hari, Jepang bergabung dengan Spanyol, yang meluncurkan percobaan ini selama tiga tahun. 32 jam seminggu. Begitu juga eberapa negara lain telah yang mempertimbangkan prospek ini.

Perdana Menteri Selandia Baru dan Finlandia telah melontarkan gagasan tentang kerja empat hari dalam seminggu. Partai Buruh Inggris pada 2019 mengkampanyekan gagasan bahwa minggu kerja akan dipersingkat dalam dekade berikutnya.

# Terjadi Peningkatan Produktivitas dan Pengurangan Konsumsi



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"