Meski disebut-sebut memiliki rasa yang unik, Laila mengatakan bahwa kopi luwak juga nggak terlalu spesial. "Dari segi rasa, menurutku, kopi luwak tidak istimewa. 8x aku blind cupping, kopi luwak sll berada di urutan bawah dari score sheet ku, walaupun pernah 2x diantaranya memenuhi standar minimum kopi specialty (nilai 80)," tulis Laila.
Pernah sekali waktu, Laila memberi nilai tinggi untuk kopi ini. Namun untuk kopi luwak yang diproses dari luwak liar dan disortir sangat ketat serta dipanggang oleh roaster terkenal asal Singapura aja. Kopi luwak itu dia coba ketika berada di Ubud, Bali.
Perempuan yang lidahnya akrab banget dengan rasa kopi ini berani mengatakan bahwa banyak kopi luwak palsu di Indonesia. Sebab, produksi kopi luwak pasti sangat terbatas. Dia juga telah beberapa kali menyaksikan aksi tipu-tipu produsen kopi luwak.
Ketika di Bali, Laila menyaksikan sendiri produsen nakal mengupas kulit kopi lalu dikepalkan sampe keliatan bentuknya kayak feses luwak. Selain itu, di Lampung juga ada produsen nakal yang mengupas kulit ceri kopi lalu menambahkan pisang yang dihancurkan lalu dijemur di atas terpal.
Sementara di Sumatra Utara, Laila melihat ceri kopi yang dikupas lalu dicampur kotoran sapi dan lumpur. Setelah itu dibentuk jadi lonjong dan dijual sebagai "kopi luwak".
Sementara ada juga produsen yang hanya mengganti label kopi wine ke kopi luwak.