Dalam uraian tersebut, terungkap bagaimana wajah Nyi Roro Kidul ini bisa berubah-ubah.
"Alon tindak kalihipun, Senapati lan sang dewi, sedangunya apepanggya, Senapati samar ngeksi, mring suwarna narpaning dyah, wau wanci nini-nini."
Jika diterjemahkan, berarti: "Perlahan jalan keduanya, Senopati dan sang Dewi, selama mereka bertemu, Senopati sebenarnya tidak mengetahui dengan jelas bagaimana rupa sang dewi, seperti terlihat nenek-nenek tadi."
"Mangke dyah warnane santun, wangsul wayah sumengkrami, Senapati gawok ing tyas, mring warna kang mindha Ratih, tansah aliringan tingal, Senapati lang sang dewi."
Jika diterjemahkan, berarti: "Kemudian, nantinya, rupa sang Dewi berubah kembali lagi sangat menarik hati, Senopati terpesona hatinya melihat kecantikan Dewi seperti Ratih, mereka saling mencuri pandang selalu, Senopati dan sang Dewi."
Dalam pernyataan di Babad Tanah Jawi itu diceritakan bagian pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Nyi Roro Kidul. Kesannya dipertegas lagi dengan pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Dalam "Tahta untuk Rakyat", ketika beliau bertemu sang ratu Pantai Selatan ini di Pantai Parangkusumo, beliau menulis, "Pada bulan purnama, Eyang Ratu Rara Kidul tampak sangat cantik."
Berarti, wajah sang ratu dikisahkan bisa berubah-ubah. Tapi yang paling jelas selalu disebutkan bahwa wajah asli Nyi Roro Kidul sangat cantik.