Saat Seorang Soekarno Menangis di Depan Makam Jenderal Ahmad Yani yang Terbunuh pada Peristiwa G30SPKI

Saat Seorang Soekarno Menangis di Depan Makam Jenderal Ahmad Yani yang Terbunuh pada Peristiwa G30SPKI
Sosok Jendral Ahmad Yani (Grid.id)

Eddy mendapati ibundanya tak ada di rumah, karena sedang berada di rumah lainnya di Jalan Taman Surapati.

Kemudian, Eddy pun membangunkan Mbok Mirah, pembantu di rumah Ahmad Yani.

Eddy minta ditemani duduk di ruang keluarga belakang karena dia ingin menunggu ibunya pulang ke rumah.

Namun beberapa saat setelah itu, terdengar suara gaduh dari tempat penjaga di rumah tersebut.

Rupanya, suara tersebut berasal dari sepasukan tentara tak dikenal yang dengan cepat masuk ke halaman rumah.

Tentara itu berseragam Tjakrabirawa, lengkap dengan senjata, begitu menurut keterangan di buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966".

Tentara tersebut dipimpin oleh Pembantu Letnan Satu Mukidjan dan Sersan Raswad.

Mereka lalu masuk, mengepung rumah dari segala penjuru.

Akhirnya, para tentara itu mendapati Eddy dan Mbok Mirah yang tengah duduk di ruang belakang, tak jauh dari pintu belakang rumah.

Tentara tersebut meminta Eddy agar Jenderal Ahmad Yani dibangunkan karena Mbok Mirah tak beranjak dari tempat duduknya.

Eddy pun pergi ke kamar ayahnya, dia menggoyangkan kaki ayahnya tersebut.

"Pak bangun pak, ada Tjakrabirawa mencari bapak. Bapak diminta datang ke istana," kata Eddy.

Jenderal Ahmad Yani bangun lalu melihat melalui kaca jendela yang menghubungkan ruang makan dengan ruang belakang.

Ahmad Yani kemudian menghampiri para tentara itu.

Sementara, Eddy yang ketakutan langsung berlari ke ruang belakang dan berdiri di dekan kolam ikan.

Sempat terjadi perdebatan sengit antara Jenderal Ahmad Yani dan para tentara-tentara itu.

Akhirnya, suara tembakan terdengar, Ahmad Yani tersungkur di lantai ruang makan kediamannya.

Sosok Jendral Ahmad Yani (Grid.id)

Ahmad Yani yang bersimbah darah kemudian diseret.

Saudara-saudara Eddy terbangun dan mencari tahu apa yang terjadi di ruang makan.

Namun, para tentara tersebut membentak saudara-saudara Eddy untuk masuk kembali ke kamar masing-masing.

Mereka diancam akan ditembak kalau tak mengindahkan perintah tersebut.

Dini hari pukul 04.00 pada 1 Oktober 1965 menjadi peristiwa yang tak dapat dilupakan oleh Irawan Sura Eddy atas meninggalnya ayahandanya.

Sungguh tragis emang, wajar aja kalau sahabatnya Soekarno ampe menangis gitu. Gimana nih menurut kalian gengs?



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"