Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada Presiden Lebanon Joseph Aoun pada Sabtu (25/1) bahwa ia secara aktif bekerja untuk mempertahankan kesepakatan gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel.
Kantor Kepresidenan Lebanon melaporkan bahwa Aoun menerima panggilan telepon dari Macron untuk membahas "perkembangan di wilayah selatan."
Kedua pemimpin membahas upaya meredakan ketegangan dan memastikan pelaksanaan penuh kesepakatan tersebut. Macron menegaskan upaya diplomatiknya untuk "mempertahankan gencatan senjata dan menyelesaikan pelaksanaan perjanjian."
Aoun menyoroti "pentingnya memaksa Israel mematuhi kesepakatan untuk menjaga stabilitas di selatan."
Ia juga menyerukan penghentian "pelanggaran Israel yang terus berlangsung, terutama penghancuran desa-desa perbatasan dan perataan lahan, yang menghambat kembalinya penduduk ke wilayah mereka," menurut pernyataan tersebut.
Pembicaraan antar kedua pemimpin negara itu berlangsung beberapa jam sebelum masuk tenggat waktu tentara Israel untuk menarik diri dari Lebanon selatan, yang ditetapkan pada pukul 02.00 GMT Minggu, sesuai dengan isi perjanjian gencatan senjata.
Kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pada 27 November mengakhiri lebih dari 14 bulan pertempuran antara militer Israel dan kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, yang meningkat seiring dengan perang di Jalur Gaza.
Serangan Israel di Jalur Gaza juga berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada Minggu lalu.
Setidaknya 4.068 orang telah tewas, termasuk perempuan, anak-anak, dan petugas kesehatan, sementara 16.670 orang lainnya terluka sejak serangan Israel terhadap Lebanon dimulai pada 8 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.