Potret Perpustakaan Keliling Di Masa Pandemi Digemari Bocah, Bukti Minat Baca Masih Tinggi

Potret Perpustakaan Keliling Di Masa Pandemi Digemari Bocah, Bukti Minat Baca Masih Tinggi

Belakangan ini, cuitan dari salah seorang netter pemilik akun @adionooo sedang disoroti warganet. 

Cuitannya pun kini viral dan telah disukai lebih dari 27 ribu warganet dan telah diretweet sebanyak 8,5 ribu kali oleh pengguna jejaring sosial Twitter. 

Diketahui, Pencuit yang merupakan pendiri sekolah rakyat tersebut mengunggah foto perpustakaan kelilingnya yang ramai digandrungi oleh anak-anak. 

Perpustakaan Keliling (Twitter)

Pada cuitannya ia mengungkap sebenarnya minat baca di Indonesia tidaklah rendah, melainkan akses bacanya yang minim.

"Aku pinjam tiga buku ya Mang. Aku lima buku Mang. Aku dua buku aja Mang", celoteh banyak anak. Saya suka tertawa kalau ada yang bilang minat baca rendah. Sebenarnya bukan minat baca yang rendah tapi akses bacanya yang minim," ungkapnya.

Banyaknya anak yang menanti untuk membaca buku di rumah memunculkan inisiatifnya untuk bergerak meminjamkan buku keliling dengan mobil. Anak-anak pun antusias meminjam buku ketika ia membuka perpustakaan kelilingnya.

Buku yang dipinjam boleh dibaca dan dibawa pulang oleh anak-anak tersebut. Pencuit menambahkan bahwa buku yang ia distribusikan pun taat terhadap protokol kesehatan, yakni semua buku disterilkan sebelum dan sesudah dipinjam.

"Pandemi ini, memang banyak yang berubah dari Busa Pustaka. Sekarang sebelum dan sesudah distribusi buku, semuanya harus disterilkan. Tujuannya agar anak aman saat membaca buku. Banyak anak menanti buku bacaan. Jangan hanya diam. Selalu bergerak untuk generasi hebat," tambahnya. 

Tak lupa pencuit 'mencolek' Presiden Joko Widodo lantaran pandemi ini tidak ada gerakan literasi dari Perpusda. 

"Selamat sore Pak @jokowi dari reply twit ini terlihat banyak yang merasakan minimnya akses membaca di Indonesia. Ayo semangat bangun literasi di Indonesia karna penting untuk kesejahteraan masyarakat kelak. Jangan percayakan ke mereka yang hobinya seremonial saja," lanjutnya.

"Selama ini membuat Gebyar Literasi ini itu tapi hanya ramai di pembukaan dan beberapa minggu kemudian hilang semangatnya. Kebiasaan seperti itu hanya buang anggaran. Mungkin kalau dibelikan buku bisa banyak jumlahnya," pungkasnya.

Ia pun berharap agar gerakan literasi tidak hanya digembar-gemborkan dan membara di awal tapi harus tetap digelorakan.



Facebook Conversations


"Berita ini adalah kiriman dari pengguna, isi dari berita ini merupakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna"