Buat kamu yang lahir tahun 80-an dan 90-an, pasti pernah dong ngerasain jajan di toko kelontong. Atau, disuruh emak bapak beli sesuatu di sana. Entah beli sabun, pasta gigi, telur, atau minyak goreng, karena yang di rumah habis.
Di tahun-tahun itu toko kelontong bisa dikatakan jadi roda perekonomian untuk masyarakat Indonesia. Ia tersebar hampir di setiap gang rumah, ujung jalan, atau tiap pengkolan di kampung dan desa.
Di toko kelontong itulah, dijual berbagai macam kebutuhan rumah tangga. Dari beras, minyak, sabun, cemilan, bahan pangan, rokok, bumbu-bumbu, bahkan sampai mainan dan alat tulis. Nyaris komplit!
Jadi bisa dikatakan, toko kelontong pada masa itu adalah tempat perekonomian paling laris dan merakyat selain pasar. Jauh sebelum ada Indomaret dan Alfamart.
# Sejarah Toko Kelontong di Indonesia
Pedagang kelontong zaman sekarang (money.kompas.com)
Kalian yang pernah merasakan jajan di toko kelontong penasaran gak sih? Bagaimana sebenarnya asal usul warung serba ada ini? Kenapa disebut kelontong?
Nah ini, dia ceritanya.
Dulu sekali, ada banyak pedagang Tionghoa yang kerap berkeliling untuk menjajagakan dagangannya. Pedagang tersebut menggunakan "kelontong" yang adalah rebana mini bertangkai dan pada kedua sisinya diberi tali pendek dengan biji bulat di ujungnya. Rebana atau tambur mini kadang terbuat dari kertas semen, kaleng, atau kulit samak.